Other Recent Articles

Kumpulan Nasehat - 2

By Unknown on Friday 17 August 2012 0 comments


Jagalah Hati

Al-Hafizh Ibnul Jauzi rahimahullah berkata : “Barangsiapa yang memperbaiki batinnya, maka akan tersebarlah keutamaannya yang banyak dan hati akan terus menebarkan kebaikannya. Maka hati-hatilah, jagalah batin kalian, karena jika batin telah rusak maka tidak akan bermanfaat lagi kebaikan amaliah yang tampak.” (Shaidul Khathir I/206)

===================

Tetesan Air Mata

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullaah berkata:
“Andai seorang menangis pada sekumpulan manusia karena takut kepada Allah, niscaya mereka dirahmati semuanya.”

“Tidak ada satu amalan pun kecuali ada timbangannya yang jelas kecuali menangis karena takut kepada Allah. Allah tidak membatasi sedikit pun nilai dari setiap tetes air matanya.”

Dan beliau juga berkata: “Tidaklah seseorang menangis kecuali hatinya menjadi saksi akan kebenaran atau kedustaan dia.”

(Mawa’izh lil Imam Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 109)

‘Abdul Karim bin Rasyid rahimahullaah berkata: Aku pernah berada di majelis Al-Hasan Al-Bashri, kemudian ada yang menangis dengan mengeraskan tangisannya. Maka Al-Hasan berkata: “Sesungguhnya sekarang setan telah membuat orang ini menagis.” (Mawa’izh lil Imam Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 152.)

Al-Imam Fudhail bin ‘Iyyadh rahimahullaah berkata: “Menangis itu bukanlah dengan tangisan mata (saja). Akan tetapi dengan menangisnya hati. Sungguh, ada seseorang yang terkadang kedua matanya menangis sementara hatinya mengeras. Karena tangisan seorang munafiq adalah dengan kepalanya bukan dengan hatinya.” (Mawa’izh lil Imam Imam Al-Fudhail bin ‘Iyyadh, hal. 54.)

===================

Ikhlas Dalam menuntut Ilmu

“Barangsiapa yang mencari ilmu untuk mendapatkan sebutan sebagai ulama atau memperdaya orang-orang yang bodoh atau untuk memalingkan manusia kepadanya, maka atasnya api neraka.” (HR. Hakim, Syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahihul Jami’ ash-Shaghir)

Abu Yusuf Al-Qadhi rahimahullaah berkata: “Wahai kaumku, harapkanlah dengan ilmu kalian keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh tidaklah aku duduk di suatu majelis ilmu yang aku niatkan padanya tawadhu’, kecuali aku bangun dalam keadaan telah mendapat kemuliaan. Sebaliknya tidaklah aku duduk di satu majelis ilmu yang aku niatkan untuk mengalahkan mereka kecuali aku bangun dalam keadaan Allah bukakan aibku. Ilmu adalah salah satu ibadah dan taqarrub.” (Tadzkiratu As-Sami’ wal Mutakallim, Ibnu Jama’ah, melalui Min Hadyi Salaf, hal. 47.)

===================

Amalkan Ilmu

‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Ilmu menuntut amalan. Kalau ia disambut (diamalkan) ia akan menetap, namun kalau tidak dia akan pergi.”(Khatib Al-Baghdadi rahimahullaah didalam kitab Jami’ Bayanil ‘Ilmi, melalui Hilya Thalabil ‘Ilmi, hal. 13-14)

===================

Jalan Syetan Menjerat Manusia

Ibnu Jauzi Rahimahullah berkata, "Pengikat yang paling kuat bagi Syaitan untuk menjerat tawanannya adalah kejahilan (kebodohan). Setelahnya adalah hawa nafsu. Adapun ikatan yang paling lemah adalah kelalaian. Selama baju besi seorang adalah iman, maka panah musuh (syaitan) yang mengenainya tidak akan membunuhnya." (al-Muntaqa an-Nafis min Talbis Iblis, hal.61-62).

===================

Pemurnian Akidah

Dr. Thaha rahimahullaahu ta'ala berkata, "Sungguh dakwah Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab adalah madzhab baru namun hakikatnya lama, kenyataannya ajaran ini memang baru bagi orang-orang yang hidup di zaman ini, tetapi hakikatnya lama. Sebab dakwah beliau tidak lain hanyalah ajakan yang kuat kepada Islam yang murni, bersih lagi suci dari noda-noda syirik dan paganisme." (Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab, Aqidatuhu As-Salafiyyah wa Da'watuhu Al-Islahiyyah wa Tsanaul Ulama 'alaihi, hal. 69)

===================

Pepatah

"Butuhlah bantuan siapa saja yang kau kehendaki maka engkau akan menjadi tawanannya, dan cukupkanlah dirimu dari siapa saja yang engkau kehendaki maka engkau akan setara dengannya, dan berbuat baiklah kepada siapa saja yang kau kehendaki maka engkau akan menjadi pimpinannya"

===================

17 Perkara yang Mencukupkan

Cukuplah.....
Allah Subhanahu wa ta'ala sebagai Tuhan kita.
Muhammad bin Abdullah sebagai Nabi dan Rasul kita.
Islam sebagaimana Agama kita.
Al-Quran dan As-Sunnah sebagai Pedoman Hidup kita.

Cukuplah......
Ibadah sebagai kesibukan bagi kita.
Amal sebagai harapan kita.
Mati sebagai nasehat bagi kita.
Takwa sebagai bekal bagi kita.

Cukuplah.....
Akhlak yang baik sebagai perhiasan bagi kita.
Qana'ah sebagai harta kekayaan kita.

Cukuplah....
Shalat dan Sabar sebagai penolong kita.
Syaitan sebagai musuh kita.
Dosa sebagai perusak pahala kita.

Cukuplah.....
Surga sebagai cita - cita kita.
Neraka sebagai ancaman bagi kita.

Cukuplah....
Taubat sebagai penyuci jiwa kita.
Zakat dan Sedekah sebagai penyuci harta kita.  

 ===================

11 Wasiat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam kepada para Isteri

1. Selalu bersyukur terhadap pemberian Suami.
2. Selalu menghiasi diri dengan ketaatan kepada Allah azza wa jalla.
3. Selalu mencari ridha suami.
4. Selalu berusaha untuk taat kepada suami karena suami ibarat surga atau neraka bagi isteri.
5. Tidak menolak permintaan suami untuk tidur bersama.
6. Jangan menyakiti suami.
7. Berhiasalah untuk suami mu.
8. Dahulukan hak suami mu daripada ibadah sunnah.
9. Tidak keluar rumah tanpa izin dari suami.
10. Pandai pandailah bagi seorang isteri untuk mengatur keuangan.
11. Selalu berusaha terampil dalam urusan rumah.
(Diringkas dari Majalah al-Furqon no 125 : hal 74-76)


===================

Jangan Jadi yang Keempat 

Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu dan dia menyembunyikannya, niscaya dia akan dikekang dengan kekang dari api neraka pada hari Kiamat”.

Berkata Syaikh al Albani rahimahullah : “Maka tidak ada pilihan bagi yang tidak menjadi seorang yang berilmu, melainkan dia harus menjadi penuntut ilmu atau minimal bertanya kepada orang yang memiliki ilmu.

Sebagaimana yang disebutkan dalam atsar dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : ‘Jadilah orang berilmu atau orang yang belajar atau orang yang mendengarkan (ilmu) dan jangan menjadi yang keempat hingga engkau binasa!’ ;

maksudnya adalah engkau tidak mau mendengarkan ilmu tersebut dan tidak juga mau bertanya tentangnya. Saat itulah engkau akan hidup dalam keadaan bodoh, tidak mengetahui bagaimana engkau beribadah kepada Allah tabaraka wa ta’ala”.


(al Fatâwâ al Manhajiyyah, Syaikh al Albani rahimahullahu)


 ===================

Tipu Daya Syaitan

Berkata Syaikhul Islam Ahmad ibnu Taimiyah rahimahullah :

"Demikianlah, sebagian besar orang-orang ahli bid'ah, kesesatan dan kesyirikan yang menisbatkan diri kepada umat ini, jika mereka berdoa dan meminta pertolongan kepada syaikh (guru) mereka yang telah meninggal dan sangat mereka agungkan... Dia akan melihat tokoh tersebut tiba-tiba telah mendatanginya dalam keadaan melayang di udara dan menolak sebagian keburukan dari dirinya, atau tokoh yang telah meninggal itu berbicara kepadanya tentang beberapa persoalan yang dia tanyakan...
Dia tidak sadar bahwa yang muncul itu adalah syaitan-syaitan yang telah berubah wujud untuk menyesatkannya dan menyesatkan para pengikutnya. Syaitan-syaitan itu menjadikan syirik kepada Allah dan berdoa kepada selain Allah sebagai sesuatu yang baik dihadapan mereka..." (Majmu' Fatawa, XII/ 456)

===================

Bekas Peninggalan Orang Shalih

Dari al Ma’rur bin as Suwaid, ia berkata :
Kami keluar bersama Umar (Ibnul Khattab) dalam satu haji yang dilakukannya… Ketika ia selesai dari hajinya dan manusia pun kembali, mereka bergegas (kepada sesuatu).
Umar bertanya : “Ada apa ini?”
Dikatakan padanya : “Sebuah masjid yang dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat di tempat tersebut”

Umar berkata : “Demikianlah dahulu Ahli Kitab binasa. Mereka menjadikan bekas-bekas peninggalan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah. Siapa diantara kalian yang kebetulan berjumpa dengan shalat di tempat itu, maka shalatlah. Siapa yang kebetulan tidak menjumpai shalat di tempat itu, maka janganlah dia shalat”.

(Riwayat Imam Ibnu Abi Syaibah, II/  84)

 ===================

Mencela Ulama'

Ibnu ‘Asaakir rahimahullah berkata : “Ketahuilah wahai saudaraku –semoga Allah memberikan taufiqNya kepada kami dan juga kepada engkau menuju keridhoanNya serta menjadikan kita termasuk dari kalangan orang-orang yang takut dan bertakwa kepadaNya dengan ketakwaan yang sesungguhnya- bahwasanya daging para ulama –semoga Allah merahmati mereka- adalah beracun, dan kebiasaan Allah untuk merobek tirai para pencela mereka telah diketahui, karena mencela para ulama dengan perkara-perkara yang mereka sendiri berlepas diri merupakan perkara yang besar, dan mencela kehormatan mereka dengan kebohongan dan penipuan adalah lahan yang buruk, serta berdusta atas para ulama yang telah dipilih oleh Allah untuk menegakkan ilmu merupakan akhlak yang tercela” (Tabyiin Kadzib Al-Muftari hal 29).

 ===================

Jika Engkau Bisa ..

"Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika kau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka." (Umar bin Abdul Aziz)

 ===================

Wasiat Abu Darda'

“Sesungguhnya aku memerintahkan kalian dengan kebaikan. Dan tidak semua yang aku perintahkan kepada kalian telah aku lakukan, akan tetapi aku mengharapkan pahala dengan memerintahkan kalian.”

===================

Berpegang Kepada Atsar Salafush Shalih

Imam al Auza'i rahimahullah (wafat 157H) berkata, “Hendaklah kamu berpegang kepada atsar Salafush Shalih meskipun orang-orang menolaknya dan jauhkanlah diri kamu dari pendapat orang meskipun ia hiasi pendapatnya dengan perkataannya yang indah.” [Imam al-Aajury dalam as-Syariah I/445 no. 127, dishahihkan oleh al-Albany dalam Mukhtashar al-Uluw lil Imam adz-Dzahaby hal. 138, Siyar Alaam an-Nubalaa VII/120.]

Rasulullah Shallallahu'allaihi Wa Sallam bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)

Imam Malik rahimahullah telah berkata, “Setiap kebaikan adalah apa-apa yang mengikuti para pendahulu (salaf), dan setiap kejelekan adalah apa-apa yang diada-adakan orang kemudian (kholaf)" dan “Tidak akan baik akhir dari umat ini kecuali kembali berdasarkan perbaikan yang dilakukan oleh generasi pertama”.

 ===================

Meneladani Para Shahabat

'Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu berkata, "Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Shahabat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya mereka adalah ummat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, karena mereka berada di jalan yang lurus." (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abdil Baar dalam kitabnya Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlih II/947 no. 1810).

===================

Adab Imam Malik

Dari Abi Salamah Al-Khuzzaa'i rahimahullah berkata:"Imam Malik rahimahullah jika ingin pergi mengajar hadiits, beliau wudhu seperti wudhunya orang yg ingin melaksanakan shalat, dan memakai pakaiannya yg paling baik, menyisir jengotnya, dan ketika ditanyakan kepadanya tentang itu, beliau berkata:" aku memuliakan hadits Rasulallah shallallahu 'Alaihi wa sallam.
Dan dari Ma'an bin 'Iisa rahimahullah berkata:" Imam Malik rahimahullah jika ingin duduk mengajarkan hadiits, beliau mandi, memakai minya wangi dan bukhur... ( Tahdziibul Asmaa wal Lughaat 2/ 76 )

===================

Ibadah Jama'i Dilakukan Bersama Pemerintah

Ibadah yang sifatnya Jama'i (secara bersamaan oleh orang banyak) dilakukan bersama pemerintah. Dalam perkara ibadah jama’i seperti puasa, haji, shalat Id, lebaran, dst. pendapat-pendapat pribadi tidak teranggap dalam syariat. Ketentuan seperti inilah yang layak bagi syariat yang samahah ini yang salah satu tujuannya adalah persatuan ummat dan bersatunya mereka dalam satu barisan.

Jika pemerintah melakukan kesalahan dalam perkara ini, kita tetap melakukannya bersama pemerintah, namun dosanya ditanggung pemerintah. Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
يُصَلُّونَ لَكُمْ فَإِنْ أَصَابُوا فَلَكُمْ وَإِنْ أخطؤوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ
“Shalatlah kalian bersama imam, jika shalat imam itu benar, kalian mendapat pahala. Jika shalat imam itu salah, kalian tetap mendapat pahala dan sang imam yang menanggung kesalahnnya” (HR. Bukhari no.662)

Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
اسمعوا وأطيعوا فإنما عليكم ما حملتم وعليهم ما حملوا
“Dengar dan taatlah (kepada penguasa). Karena yang jadi tanggungan kalian adalah yang wajib bagi kalian, dan yang jadi tanggungan mereka ada yang wajib bagi mereka” (HR. Muslim 1846)

 Imam Ahmad bin Hambal berkata:
يصوم ويفطر مع الإمام وجماعة المسلمين في الصحو والغيم
"Berpuasa dan berlebaran itu bersama pemerintah dan mayoritas kaum muslimin baik ketika cuaca cerah maupun mendung"

===================

Ilmu Adalah Pewaris Para Nabi

Rasulullah Shallallahu'allaihi Wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani)

 ===================

Diwafatkannya Para Ulama

Rasulullah Shallallahu'allaihi Wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

 ===================

Al-Ghuroba

Rasulullah Shallallahu'allaihi Wa Sallam bersabda, “Akan senantiasa ada di antara ummatku sekelompok orang yang tampil membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka sehingga datang (hari Kiamat) ketetapan Allah, sedangkan mereka tetap dalam keadaan demikian.” (Hadits Muslim)

Rasulullah Shallallahu'allaihi Wa Sallam bersabda, “Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal munculnya maka beruntunglah orang-orang asing itu”.
(Hadist Muslim no. 145)

 ===================

Jangan Mencela Para Shahabat

Rasulullah Shallallahu'allaihi Wa Sallam Bersabda, “Janganlah kalian mencela para sahabatku. Andaikan seorang diantara kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud, niscaya infaq itu tak mampu mencapai satu mud infaq mereka, dan tidak pula setengahnya” (HR. Bukhari 3470, Muslim 2541)

 ===================

Orang yang Dipenjara dan Dalam Tawanan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, "Sebenarnya orang yang dikatakan dipenjara adalah orang yang hatinya tertutup dari mengenal Allah 'Azza wa jalla. Sedangkan orang yang ditawan adalah orang yang masih terus menuruti (menawan) hawa nafsunya (pada kesesatan)." (Shahih Al Wabilus Shoyib, hal. 94)

=================== 

Manfaatkanlah umur yang Allah berikan dengan sebaik-baiknya, janganlah sia-siakan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ambillah lima perkara sebelum lima perkara:
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)

===================

Perubahan Nama tidak akan Merubah Makna dan Hakikat

Berkata Imam Muhammad bin Isma’il ash Shan’ani al Amir (wafat tahun 1182 H/ 1768 M) rahimahullahu, seorang ulama Sunnah dari Yaman :

“Bernazar dengan harta untuk orang mati dan yang semacamnya, menyembelih untuk kuburan, bertawassul dengannya dan meminta segala kebutuhan kepadanya, itulah inti kesyirikan yang dahulu dilakukan orang-orang (di masa) Jahiliyyah. (Perbedaannya) hanyalah, dahulu mereka melakukannya dan menamakannya berhala dan patung, dan quburiyyun (para pemuja kubur di zaman sekarang) melakukannya dan menamakannya wali, kubur dan masyhad (petilasan).

Nama-nama seperti ini tidak ada pengaruhnya dan tidak akan merubah makna, secara aksiomatik, bahasa, akal maupun dalam pandangan syar’i. Karena, siapa saja yang meminum khamr (arak) dan menamakannya air, hakikatnya dia tidak mengkonsumsi kecuali khamr!”

(Tathhîr al I’tiqâd ‘an Adrân al Ilhâd, hal. 18-19) 

 ===================

KONDISI KAUM MUSLIMIN

Tim tafsir DEPAG RI (Prof. TM Hasbi Ash Shidiqi rahimahullah dkk) mengatakan,

“Masih banyak di antara kaum muslimin yang masih memuja kuburan, mempercayai adanya kekuatan ghaib pada batu-batu, pohon-pohon, gua-gua, dan sebagainya. Karena itu mereka memuja dan menyembahnya dengan ketundukan dan kekhusyukan, yang kadang-kadang melebihi ketundukan dan kekhusyukan menyembah Allah sendiri. Banyak juga di antara kaum muslimin yang menggunakan perantara (wasilah) dalam beribadah, seakan-akan mereka tidak percaya bahwa Allah Maha Dekat kepada hamba-Nya dan bahwa ibadah yang ditujukan kepada-Nya itu akan sampai tanpa perantara. Kepercayaan seperti ini tidak berbeda dengan kepercayaan syirik yang dianut oleh orang-orang Arab Jahiliyyah dahulu, kemungkinan yang berbeda hanyalah namanya saja.”

(Al-Qur’an dan Tafsirnya, Departemen Agama RI, jilid 3, hlm. 574 ketika menafsirkan QS. al-A’rof [71]:138, edisi cetak ulang oleh UII, 1995)

 ===================

AYAT-AYAT ITU TURUN UNTUK PENYEMBAH PATUNG DAN BATU ...

Diantara syubhat para pelaku kesyirikan di kubur “para wali dan orang-orang shalih” adalah dakwaan mereka bahwa ayat-ayat yang mengecam kesyirikan itu turun untuk orang-orang yang menyembah patung dan batu, dan sama sekali tidak mencakup mereka yang mengagungkan kuburan?!!

Jawaban untuk syubhat ini :
Syirik kepada Allah adalah menjadikan sekutu bagi Allah dalam peribadatan, baik sekutu itu dalam bentuk patung, batu, nabi atau pun wali.

Diantara perkataan Imam Asy Syaukani rahimahullah sebagai jawaban atas syubhat ini adalah sebagai berikut :

“Syirik adalah melakukan sesuatu untuk selain Allah, yang menjadi kekhususan-Nya dalam perkara tersebut. Sama saja ‘sesuatu’ itu disebut dengan istilah yang dahulu digunakan orang-orang Jahiliyah seperti patung atau berhala, atau diistilahkan dengan nama yang lain seperti wali, kubur atau pun petilasan”. [ad Durr an Nadhîd, hal 18 dengan ringkasan]

Jika perkataan orang-orang tersebut bahwa ayat-ayat tersebut hanya turun kepada para penyembah berhala dan tidak boleh mengaplikasikan ayat itu kepada orang-orang yang berbuat seperti perbuatan mereka, maka ini termasuk kesesatan yang besar.

Berkata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu tentang perkataan tersebut :
“(Perkataan itu merupakan) perisai yang telah dipersiapkan oleh orang-orang jahil dan sesat untuk membantah dalil. Jika seseorang mengatakan kepada mereka, ‘Allah Ta’ala berfirman seperti ini…’, mereka akan berkata, ‘Ayat itu turun untuk orang-orang Yahudi, turun untuk orang-orang Nasrani, turun untuk si fulan…’

Jawaban untuk syubhat tersebut;
Telah diketahui bahwa Al Quran turun dengan sebab-sebab. Jika Al Quran itu tidak digunakan sebagai dalil kecuali dalam sebab-sebab yang sama (saat turunnya), maka rusaklah fungsinya sebagai dalil. Yang seperti ini jelas keluar dari (ajaran) agama. Senantiasa para ulama semenjak masa Sahabat dan orang-orang yang datang setelah mereka, selalu berdalil dengan ayat-ayat yang turun kepada orang-orang Yahudi dan lain-lain atas apa yang mereka kerjakan”. [Târîkh Ibn Ghunâm, II/280, dengan sedikit ringkasan]

(Sumber : Dum’ah ‘alâ at Tauhîd, hal. 136)

 ===================

Apakah Anda Takut Kepada Allah ?

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:
”Jika kamu ditanya: ‘Apakah kamu takut kepada Allah?’ Maka diamlah, jangan menjawab !!
Sebab jika kamu jawab: ‘Ya.’ Kamu telah berdusta.
Sedangkan jika kamu jawab: ‘Tidak.’
Maka kamu telah kafir!!!”
(Tazkiyah An-Nafs, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah, Pustaka Arafah, Solo)

 ===================

Do'a dan Dzikir Adalah Nutrisi Bagi Hati

"Jika Anda membebani hati dengan berbagai keinginan dan kepentingan duniawi, dan Anda mengabaikan do'a-do'a dan dzikir-dzikir yang merupakan nutrisi dan kehidupan bagi hati, maka Anda seperti musafir yang membebani hewan tunggangannya dengan beban yang melampaui kemampuannya, namun tidak memberinya makan. Tentu saja hewan tungganannya akan cepat loyo!" (Fawaidul Fawaid, Ibnul Qoyyim rahimahullah)

 ===================

20 Perkara Yang Membatalkan Amal 

1. Kufur, Syirik, Murtad dan Nifaq
2. Riya'
3. Mengungkit - ungkit kebaikan disertai dengan menyakiti hati orang yang diberi kebaikan (bantuan).
4. Mendustakan Takdir.
5. Meninggalkan shalat Ashar.
6. Bersumpah atas nama Allah Subhanahu wa ta'ala. Misalnya Si Fulan tidak diampuni oleh Allah.
7. Menentang Rasul dengan perkataan dan perbuatan.
8. Melakukan hal yang baru didalam agama (bid'ah).
9. Melanggar batasan Allah dalam keadaan rahasia.
10. Merasa senang dengan pembunuhan terhadap orang mukmin.
11. Tinggal bersama orang musyrik di negera kafir harbi (kafir yang memusuhi islam).
12. Mendatangi dukun dan peramal.
13. Durhaka kepada kedua orangtua.
14. Pencandu minuman keras (meminum khamr).
15. Berkata dusta dan beramal dengan nya.
16. Memelihara anjing kecuali untuk menjaga ternak dan tanaman serta untuk berburu.
17. Budak yang kabur dari tuan nya sampai ia kembali kepada majikan nya.
18. Wanita yang durhaka kepada suaminya sampai ia kembali mentaati suaminya.
19. Orang yang menjadi Imam shalat, sementara makmum benci (tidak menyukai) kepadanya.
20. Menghajr (isolir) seorang muslim tanpa ada yang dibenarkan agama.

[Mubthilatul A'maal Fii Dhauil Quran al-Karim was Sunnah ash-Shahihah al-Muthaharah karya Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly. diterjemahkan dengan judul Penyebab Rusaknya Amal Menurut al-Quran dan as-Sunnah yang Shahih]

 ===================

8 Faedah yang Berharga Dari Pengamatan Hatim rahimahullah

Berikut ini 8 faidah yang berharga dari Hatim rahimahullah, hendaklah kita mengambil pelajaran dari nya. Diriwayatkan Syaqiq Al-Balkhy rahimahullah, bahwa ia bertanya kepada Hatim :

"Engkau telah menemaniku dalam waktu yang singkat, lalu apa saja yang telah engkau pelajari dari ku?"Hatim rahimahullah menjawab : "Aku telah belajar delapan hal yaitu :

PERTAMA
Sesungguhnya aku suka mengamati manusia. Setiap orang itu memiliki seseorang yang dicintainya. Ketika ia sampai ke kubur nya, ia meninggalkan orang yang dicintai nya itu. Sehingga ku jadikan rasa cintaku kepada kebaikan-kebaikan ku yang aku kerjakan, agar ia juga bersama ku didalam kubur.

KEDUA
Ku amati firman Allah Subhanahu wa ta'ala : "Dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya." [al-Quran surat an-Nazi'at ayat 40] Akhirnya, aku bersungguh - sungguh saat menjaga hawa nafsu sehingga hawa nafsu itu berada dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.


KETIGA
Sesungguhnya aku mengamati, bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang bernilai dalam pandangan nya, lalu dia pun menjaganya. Kemudian ku amati firman Allah Subhanahu wa ta'ala : "Apa yang disisi mu akan lenyap, dan apa yang ada disisi Allah adalah kekal." [al-Quran surat an-Nahl ayat 96] Jika sesuatu yang berharga itu bersama ku, aku beralih kepadanya agar ia tetap ada padaku.

KEEMPAT
Sesungguhnya aku mengamati, bahwa manusia cenderung kembali kepada harta, keturunan dan keagungan, yang kesemuanya itu bukalah sesuatu yang mulia, maka ku amati firman Allah Subhanahu wa ta'ala : "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling taqwa diantara kalian." [al-Quran surat al-Hujurat ayat 13] Akhirnya, aku berbuat dalam garis ketakwaan agar aku mulia disisi-Nya.

KELIMA
Sesungguhnya aku mengamati manusia, jika mereka saling iri satu sama lain. Maka ku amati firman Allah Subhanahu wa ta'ala : "Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia." [al-Quran surat az-Zukhruf ayat 32] Akhirnya, aku meninggalkan sifat iri tersebut.

KEENAM
Sesungguhnya aku mengamati manusia, jika mereka saling bermusuhan satu sama lain. Maka ku amati firman Allah Subhanahu wa ta'ala : "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu)." [al-Quran surat Fathi ayat 6] Akhirnya, aku tidak lagi bermusuhan dengan mereka, tetapi hanya kepada syaitan aku bermusuhan.

KETUJUH
Sesungguhnya aku mengamati, bahwa manusia merendahkan diri mereka dalam hal mencari rezeki. Maka ku amati firman Allah Subhanahu wa ta'ala : "Dan tidak ada suatu binatang melatapun dibumi, melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya." [al-Quran surat Huud ayat 6] Akhirnya, aku sibuk dengan perkara yang diwajibkan Allah kepadaku dan aku meninggalkan apa yang menjadi bagian ku disisi-Nya.

KEDELAPAN
Sesungguhnya aku mengamati, banyak dari mereka yang mengandalkan perdagangan, hasil produksi dan kesehatan badan mereka, tetapi aku mengandalkan dan berserah diri hanya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala."

[Minhajul Qashidin hal 53-55, Imam Ibnu Qudamah. cet Pustaka as-Sunnah]

 ===================

Pujian untuk Ahlul Hadits

قال البويطي: سمعت الشافعي رحمه الله يقول: إذا رأيت رجلاً من أصحاب الحديث فكأني رأيت رجلاً من أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم, فجزاهم الله خيرًا, فهم حفظوا لنا الأصل, و لهم منا الفضل
Berkata al Buwaithi : Aku mendengar asy Syafi’i rahimahullah berkata : “Jika aku melihat seseorang dari Ahli Hadits, seakan-akan aku melihat seseorang dari Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan. Mereka telah menjaga untuk kami yang pokok, dan bagi mereka pujian dari kami”.

و قال الشافعي أيضا : هم فوقنا في كل علم و فقه و دين و هدى, و رأيهم لنا خير من رأينا لأنفسنا .(إعلام الموقعين 1/80)
Asy Syafi’i rahimahullah juga berkata : “Mereka (Ahli Hadits) berada diatas kami dalam ilmu, fiqh, agama dan petunjuk. Pendapat mereka bagi kami lebih baik daripada pendapat kami untuk diri kami sendiri”. [I'laam al Muwaqqi'iin, I/80]

 ===================

Menjaga Kemurnian Tauhid

Berkata Abul Aliyah rahimahullahu :
“Ketika kami menaklukkan Tustar, kami mendapatkan di baitul mal Hormuzan sebuah keranda yang diatasnya ada satu jenazah. Di sisi kepalanya ada sebuah kitab suci miliknya. Kami ambil kitab tersebut dan membawanya kepada Umar ibnul Khattab.

Umar memanggil Ka’ab, dan Ka’ab menerjemahkannya kedalam bahasa Arab. Akulah orang Arab pertama yang membacanya. Aku membacanya seperti aku membaca al Quran”.

Berkata Khalid bin Dinar kepada Abul Aliyah : “Apa yang kalian lakukan terhadap jenazah laki-laki itu?”

Ia menjawab : “Pada siang hari kami menggali tiga belas lubang kubur di beberapa tempat terpisah. Saat malam tiba, kami kuburkan dia dan kami ratakan seluruh kubur untuk menghilangkan jejaknya dari manusia agar mereka tidak menggalinya kembali”.

Aku berkata : “Apa yang manusia harapkan dari jenazah orang tersebut?”

Ia berkata : “Jika langit tidak menurunkan hujan, mereka mengeluarkan keranda jenazah tersebut agar mereka diberikan hujan…”

(Ighatsah al Lahafan, I/ 318-319)

Komentar : Demikianlah semangat para Sahabat dan Tabi'in, generasi permulaan Islam, dalam menjaga kemurnian tauhid. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa jenazah tersebut adalah jenazah seorang shalih yang bernama "Danial". Penduduk di negeri itu jika mengalami paceklik dan kekeringan, maka mereka akan mengeluarkan jenazah orang shalih tersebut untuk bertawassul dengannya agar Allah menurunkan hujan untuk mereka.

Ketika tentara Islam datang dan menaklukkan Tustar yang berada dalam kekuasaan Romawi, mereka mendapatkan jenazah itu dan menguburkannya di tempat yang dirahasiakan. Yaitu dengan cara menggali 13 lubang yang terpisah, dan mereka menguburkan jenazah itu pada salah satu lubang dan meratakan seluruh lubang-lubang tersebut pada malam hari.

Semoga Allah menyelamatkan umat ini dari berbagai macam bentuk kesyirikan yang sangat merajalela di negeri tercinta ini.

 ===================

3 Sikap Tawadhu' dalam Agama

1. Hendaknya tidak menentang sedikitpun apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam dengan macam penentangan yang biasa dilakukan, yaitu dengan akal, qiyas, perasaan dan politik.
  • Penentangan Pertama Dengan AKAL. Sebagaimana yang dilakukan oleh orang - orang sombong dari ahli filsafat yang menentang nash wahyu dengan akal dan pemikiran mereka yang rusak. Mereka berkata : "Apabila akal dan wahyu bertentangan, kami akan mendahulukan akal dan mengabaikan nash (al-Quran dan as-Sunnah)"
  • Penentangan Kedua Dengan QIYAS. Sebagaimana yang dilakukan oleh orang - orang sombong dari kalangan ahli fiqih.
  • Penentangan Ketiga Dengan Perasaan. Sebagaimana yang dilakukan oleh orang - orang sombong dan menyimpang dari kalangan orang - orang sufi. Jika perasaan bertentangan dengan nash, mereka mengutamakan perasaan dan tidak peduli terhadap perintah nash.
  • Penentangan Keempat Dengan Politik. Sebagaimana yang dilakukan oleh orang - orang sombong dan menyimpang dari kalangan penguasa dan pemimpin yang zhalim. Apabila Syari'at dan kepentingan politik saling bertentangan, mereka mengutamakan kepentingan politik dan tidak mempedulikan hukum syariat.
Empat orang tersebut adalah orang - orang yang takabur. Adapun orang yang tawadhu' ialah mereka yang membebaskan diri dari semua perkara itu.

2. Janganlah menuduh satu dalil pun dari dalil - dalil agama yang berasal dari al-Quran dan as-Sunnah dengan menganggapnya tidak tepat, tidak relevan, kurang atau terbebas. Ketika seseorang berpikir seperti itu "ada nya dalil yang kurang tepat, kurang relevan dan seterusnya" hendaklah dia mencurigai pemahaman nya sendiri dan hendaknya dia memahami bahwa pikirannyalah dan pemahamannyalah yang bermasalah. Jadi, kerusakan itu berasal dari akal pikiran nya sendiri bukan dari dalil al-Quran dan as-Sunnah. Apabila engkau melihat suatu dalil dari agama yang sulit untuk dipahami, itu berarti menunjukkan keagungannya. Selain itu, didalamnya tersimpan harta karun yang berlimpah, yang kuncinya mungkin tidak ada padamu. Adapun jika orang lain menuduh satu dalil, maka tuduhlah pikirannya yang rusak. Membantahnya sangatlah mudah jika berlandaskan pada nash-nash al-Quran dan as-Sunnah.

3. Jangan pernah berpikir untuk menyangkal nash al-Quran dan as-Sunnah, baik itu didalam hati, di lisan, maupun perbuatan. Ketahuilah bahwa menyangkal nash dengan dalil perkataan seorang Syaikhnya, Gurunya, Pemimpinnya, Logikanya, Perasaan nya, dan siasat politiknya.

[Diringkas dengan penyesuaian dari kitab Hakikat Tawadhu' dan Sombong hal 21-36, Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly. cet Pustaka Imam Syafi'i. Judul asli At-Tawadhu' fii Dhauil Kitab was Sunnah]

===================

Renungan Bagi yang Sombong

Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata :
"Wahai manusia yang sombong. Kamu adalah makhluk yang lemah, remeh, tidak berdaya dan terkepung diantara dua benda mati yang kamu tidak berdaya untuk memberikan pengaruh terhadapnya. Bumi yang dibawahmu, kamu tidak akan mampu untuk melubanginya dengan injakan kaki mu. Gunung yang menjulang diatasmu, kamu tdak akan mampu mencapai ketinggian yang sama dengan nya. Maka dari itu, sadarilah keterbatasan kemampuan mu. Janganlah engkau takabur dan sombong, serta janganlah engkau berjalan diatas bumi ini dengan berlagak sombong (membanggakan diri)." [Adhwaaul Bayaan 3/592, Syaikh Asy-Syinqithi. Dinukil oleh Syaikh Salim hafizhahullah]

Ali bin Hasan : "Aku heran dengan orang yang sombong dan angkuh; yang kemarin dia adalah setetes mani dan besok dia akan menjadi bangkai". (Shifah ash Shofwah, II/ 95) 

===================

3 Syair Tentang Tawadhu, Pemuda Sombong dan Kesombongan

"Balasan Tawadhu"

وكفى بملتمس التّواضغع رفعة
وكفى يملتمس العلوّ سفالا
"Dan cukuplah bagi pencari tawadhu' akan mendapatkan derajat yang tinggi."
"Dan cukuplah bagi pencari kedudukan akan mendapatkan kehinaan."

"Ilmu Musuh pemuda Sombong"

والعلم حرب للفتى المنتعالي
كالسّيل حرب للمكان العابي
"Ilmu adalah musuh bagi seorang pemuda yang menyombangkan diri"
"Sebagaimana air bah adalah musuh bagi tempat yang tinggi."

"Bahaya kesombongan"

التّيه مفسدة الدّين
منقصة للعقل
مهتكة للعرض
!...فانتبه
لا تشر هنّ فإنّ الذّلّ في الشّره
 والعزّ في الحلم , لا في البطش والسّفه
Kesombongan adalah perusak agama,
Mengurangi kecerdasan akal,
Menodai kehormatan.
Maka waspadalah.
Janganlah rakus karena kehinaan terdapat pada kerakusan.
Kemuliaan itu ada pada kelemah lembutan, Bukan pada kebengisan dan kejelekan budi."

[Diambil dari kitab At-Tawadhu' fii Dhauil Kitab was Sunnah, Syaikh Salim Ied al-Hilali. Terj "Hakikat Tawadhu' dan Sombong" cet Pustaka Imam Syafi'i]

 ===================

3 Tanda Kebahagiaan

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi rahimahullah berkata :

وأن يجعلك ممّن إذ أعطى شكر , وإذ ابتلي صبر , وإذ أذنب الستغفر . فإنّ هؤلاء الثّلاث عنوان السّعادة

"Semoga Allah menjadikanmu termasuk orang-orang yang apabila diberi kenikmatan, bersyukur. Apabila di timpa musibah, bersabar. Apabila terjatuh dalam perbuatan dosa, beristighfar (taubat). Sebab ketiga perkara itu adalah tanda-tanda kebahagiaan." [Muqaddimah Qawa'idul Arba', Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab at-Tamimi]

===================

Takutnya Bisyr al-Hafi

Ada seorang lelaki yang berkata kepada Bisyr al-Hafi rahimahullah, "Mengapa anda tampak begitu gundah?" Bisyr menjawab, "Bagaimana saya tidak gundah sedangkan saya adalah orang yang dicari-cari oleh Malaikat Maut?"[Sifatush Shafwah, II/330]

===================

Pujian dan Celaan

Wahab bin Munabbih rahimahullah berkata: "Apabila ada seseorang yang memujimu dengan sesuatu yang tidak ada pada dirimu, maka janganlah kamu merasa aman dari caciannya dengan apa yang tidak ada pada dirimu juga." [Sifatush Shafwah II/295]

===================

10 Kiat Menggapai Cinta Allah
  1. Membaca Al Qur’an.. Membaca Al-Qur’an dengan benar, tadabbur [panghayatan] dan memahami serta mengamalkannya dengan baik.
  2. Mengerjakan Amalan Sunnah.. Mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan amalan-amalan sunnah setelah menyempurnakan amalan-amalan wajib.
  3. Banyak Berdzikir Kepada Allah.. Selalu dzikirullah [mengingat dan menyebut nama Allah] dalam segala situasi dan kondisi dengan hati, lisan dan perbuatan.
  4. Memenangkan Yang Dicintai Allah.. Mengutamakan kehendak dan apa yang dicintai Allah di saat berbenturan dengan kehendak dan apa yang disukai hawa nafsu.
  5. Memahami Nama-Nama Dan Sifat-Sifat Allah.. Menanamkan dalam hati nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan memahami maknanya. Siapa saja yang mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifatNya pasti mencintaiNya.
  6. Merenungkan Nikmat Allah.. Memperhatikan, merenungkan dan selalu menghitung-hitung karunia, kebaikan dan nikmat Allah kepada kita yang tampak dan yang tidak tampak, lahir dan batin.
  7. Menundukkan Hati Secara Total.. Menundukkan hati dan menghinakan diri secara total di hadapan Allah. Allah bersama orang-orang yang hati dan dirinya hanya tertuju kepadaNya.
  8. Shalat Tahajjud.. Menyendiri untuk beribadah kepada Allah di waktu malam saat orang lelap tidur, bermunajat dan membaca kitab suciNya kemudian ditutup dengan memperbanyak istighfar.
  9. Bergaul Dengan Orang Sholeh.. Bergaul dan berkumpul bersama orang-orang sholeh yang mencintai Allah dengan sejujurnya, mengambil hikmah dan ilmu dari mereka seperti memetik buah-buahan yang baik.
  10. Menjauhi Segala Penghalang.. Menjauhi semua sebab yang dapat menjauhkan dan menghalangi hati dari Allah.
Selamat Menikmati Cinta Allah! (www.hatibening.com)

===================

Lihatlah Siapa Teman nya...

Seorang penyair berkata :
"Janganlah engkau tanya seseorang tentang dirinya.
Namun tanyakanlah siapa temannya.
Karena setiap orang mengikuti temannya.
Temanilah orang yang bertakwa.
Maka engkau akan mendapatkan ketakwaannya.
Dan janganlah engkau berteman dengan orang-orang yang durhaka.
Sehingga engkau akan terbawa (tertular) kedurhakaan nya.

3 Kriteria Teman


Seorang Ahli Hikmah berkata :
Teman itu ada tiga :
1) Teman seperti gizi yang setiap saat selalu engkau butuhkan.
2) Teman seperti obat yang kadang-kadang engkau butuhkan.
3) Teman seperti penyakit yang selamanya tidak akan pernah engkau butuhkan.

Waspada Tehadap Teman yang Buruk

Seorang Penyair berkata :
"Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang bodoh.
Waspadalah terhadapmu dan terhadapnya.
Betapa banyak orang bodoh yang menjadikan seorang yang santun berubah menjadi buruk.
Sesungguhnya seseorang dinilai dengan orang dekatnya.
Karena seseorang berbuat sesuka hatinya,
Sesuatu dengan yang lainnya saling menyurupai dan sama,
Satu hari dengan hati yang lain nya menjadi bukti ketika bertemu."

(Oleh: Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny)

 ===================

Cara Mendapat Petunjuk

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Apabila seorang hamba merasa dirinya sangat membutuhkan Allah 'Azza wa Jalla dan senantiasa berusaha meneliti firman Allah, sabda Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam dan ucapan para sahabat, tabi’in, serta para imam kaum muslimin, niscaya akan terbuka baginya jalan petunjuk.”(Majmu’ Fatawa, 5/118) 

===================

Jadilah anak-anak akhirat

Ibnul Qayyim : "Jadilah anak-anak akhirat, dan jangan menjadi anak-anak dunia. Karena anak akan selalu mengikuti ibunya". (al Fawaa-id hal. 68) 

===================

Dunia Adalah Titipan

al Hasan al Bashri : "Semoga Allah merahmati orang-orang menjadikan dunia ini sebagai titipan. Mereka sampaikan amanah itu kepada yang mempercayakannya; dan mereka pun pergi tanpa beban". (Ihya' Ulumuddin, III/ 221)

Atha' as Sullami berdoa : "Ya Rabbi... Kasihanilah aku dalam keterasinganku di dunia, kesendirianku di alam kubur dan lamanya aku berdiri kelak di hadapan-Mu". (Hilyah al Auliya', VI/ 224) 

===================

3 Macam Hari

al Hasan al Bashri : "Dunia ini 3 hari; hari kemarin yang telah berlalu, hari esok yang mungkin engkau tidak akan menjumpainya dan hari ini yang menjadi milikmu; maka beramallah padanya". (az Zuhd hal. 196) 

===================

Mengawasi Diri Sendiri

"Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?" (Al Baqarah : 77)

"Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah." (An Nisaa' : 108)

Sufyan ats-Tsauri berpesan: "Jika engkau takut kepada Allah, Dia akan menjaga dirimu dari manusia. Tetapi jika engkau takut kepada manusia, mereka tidak akan bisa melindungimu dari Allah." (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 8/32).

Ibnu 'Aun berpisah dengan seseorang, maka ia berwasiat: "Takutlah kepada Allah, karena orang yang takut kepada-Nya tidak akan merasa sendiri" (al-Fawaid (Ibnul Qayyim), Bab : Takwa, hlm. 52)

Qatadah berpesan: "Wahai anak Adam, demi Allah, ada saksi-saksi yang tidak diragukan di tubuhmu, maka waspadailah mereka. Takutlah kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun nampak, karena sesungguhnya tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. Bagi-Nya, kegelapan adalah cahaya, dan yang tersembunyi sama saja dengan yang nampak. Sehingga, barang siapa yang bisa meninggal dalam keadaan husnuzhan (berbaik sangka) kepada Allah, hendaklah ia melakukannya, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah" (Tafsir Ibnu Katsir, 3/368).

Wahb bin al-Ward berkata: "Takutlah kepada Allah sebesar kekuasaan-Nya atas dirimu! Malulah kepada-Nya seukuran kedekatan-Nya kepadamu, dan takutlah kepada-Nya karena Dialah yang paling mudah bisa melihatmu" (Jami'ul-'Ulum wal-Hikam, 1/162) Selebihnya: Baca artikelnya disini

 ===================

Menangis Karena Ketinggalan Shalat Jama'ah


Muhammad bin Mubarok berkata, "Aku pernah melihat Sa'id bin Abdul Aziz manakala ketinggalan shalat jama'ah, ia memegang jenggotnya & menangis." (1000 hikmah ulama salaf, Shalih bin Abdul Aziz Al-Muhaimid, pustaka elba, hal.57 )

===================

Senjata Seorang Muslim


"Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersodaqoh dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana." (HR. Ath-Thabrani) 


===================

Shalat Isya dan Subuh Berjamaah 

Dari Abu Hurairah behwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Seandainya manusia mengetahui keutamaan sholat Isya’ dan sholat Shubuh dengan berjamaah niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak” [HR. Bukhori dan Muslim] Selebihnya baca artikel ini. 

===================

Pembatas Muslim dan Kafir 

“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257). 

 ===================

Khusyu' Dalam Shalat

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: "Shalat tanpa kekhusyu’an dan kehadiran hati sama dengan jasad yang mati tanpa ruh, apakah seorang hamba tidak malu jika dia menghadiahkan kepada orang lain sosok tubuh yang telah membangkai atau seorang budak wanita yang telah mati? Aku tidak mengira bahwa hadiah ini akan memberikan nilai penghargaan bagi hamba dari orang yang ditujunya baik raja atau gubernur atau yang setingkat dengannya. Seperti inilah shalat yang hampa dari rasa khusyu’ dan kehadiran hati serta semangat pengbadian kepada Allah, sama seperti hamba atau budak wanita yang mati yang akan dipersembahkan kepada raja, maka Allah pasti tidak menerimanya sekalipun perbuatan itu menggugurkan kewajiban hukum duniawi, dan Allah tidak akan memberikan pahala dengannya, sebab sesungguhnya seorang hamba tidak akan mendapatkan pahala dari shalatnya kecuali ibadah yang dikerjakan secar khusyu’.[Al-Wabilus Shayyib minal kalimit tahayyib:  halaman: 11


”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya”. [Al-Mukminun : 1-2]

 ===================

Dokter Agama dan Penyakit Agama


Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata: “Ulama’ adalah dokter agama dan dirham (harta) adalah penyakit agama. Apabila dokter telah berani memasukkan penyakit ke dalam dirinya, maka kapan lagi dia akan bisa mengobati orang lain?” (Raudhatul ‘Uqalaa’ Wa Nuzhatul Fudhalaa’ karya Abu Hatim Muhammad Ibn Hibban Al-Busti (Wafat 354 H) hlm 27) 

===================


Ulama' dan Harta



Ibnu Qudamah berkata: “Ulama yang jelek adalah yang punya maksud dengan ilmunya untuk bernikmat-nikmat dengan dunia dan mencapai kedudukan di sisi ahli dunia.” (Mukhtashar Minhajil Qashidin hal. 35)

Abdullah bin Al-Mubarak mengatakan: “Tidak merusak agama ini kecuali raja-raja (pemimpin), ulama yang jelek dan ahli ibadah yang jelek.” (Syarh Al-’Aqidah Ath-Thahawiyah hal. 204)

Para pemimpin itu ada tiga jenis: umara (pemimpin negara), ulama (para ahli ilmu agama), ‘ubbad (para ahli ibadah). Mereka inilah yang ditakutkan akan mudah menyesatkan orang lain karena mereka adalah orang-orang yang diikuti. Para umara, mereka memiliki kekuasaan dan pelaksanaan. Para ulama mereka memiliki penyuluhan dan pendidikan. Sedangkan para ahli Ibadah mereka kadang menipu dengan keadaan mereka. Merekalah orang-orang yang ditaati dan jadi panutan, maka pengaruh mereka sungguh amat mengkhawatirkan. Karena jika mereka sesat maka mereka akan menyesatkan kebanyakan manusia. Namun, jika mereka mendapat petunjuk pada kebaikan, maka banyak orang akan ikut mendapat petunjuk (Lihat kitab Al Qaul Al Mufid, karya Syaikh Ibnu Utsaimin).

Jika panutan dari orang-orang yang sesat maka umat akan tersesat, dan terjadi di tengah-tengah mereka akan muncul keburukan, dan mereka yang dimaksudkan adalah para pemimpin negara yang sesat, para ulama yang sesat, para ahli ibadah yang sesat, dan para ahli dakwah yang sesat. Setiap dari mereka adalah para pemimpin yang sesat, jika umat dituntun oleh mereka maka mereka akan menuntun kepada kebinasaan. Adapun jika yang menuntun umat adalah para penyeru kebenaran maka mereka akan menuntun umat kepada kebaikan dan keselamatan (Lihat kitab I’anat Al Mustafid bi Syarh Kitab At Tauhid, karya Syaikh Shalih Al Fauzan).

Muhammad bin Sirin mengatakan: “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.”

=================== 

Jangan menunda-nunda

“Jika engkau berada di waktu sore, janganlah menunggu-nunggu waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu-nunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Manfaatkan pula masa hidupmu sebelum datang kematianmu” (HR. Bukhari no. 6416).


===================

Nikmat Sehat dan Waktu Luang

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang (luang)”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”

Ibnul Jauzi juga mengatakan, “Intinya, dunia adalah ladang beramal untuk menuai hasil di akhirat kelak. Dunia adalah tempat kita menjajakan barang dagangan, sedangkan keuntungannya akan diraih di akhirat nanti. Barangsiapa yang memanfaatkan waktu luang dan nikmat sehat dalam rangka melakukan ketaatan, maka dialah yang akan berbahagia. Sebaliknya, barangsiapa memanfaatkan keduanya dalam maksiat, dialah yang betul-betul tertipu. Sesudah waktu luang akan datang waktu yang penuh kesibukan. Begitu pula sesudah sehat akan datang kondisi sakit yang tidak menyenangkan.” [Fathul Bari, Ibnu Hajar, 18/219, Mawqi’ Al Islam]

 ===================


Penjelasan Iman


Imam Asy Syaafi’i rahimahullah menyatakan, “Iman itu adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.” ( Hilyatul Awliya’, Abu Nu’aim, Darul Kutub Al ‘Arobi, 1405, 9/115.) 


===================

Tolong Menolong Dalam Kebaikan dan Taqwa

“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kamu saling tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maa’idah: 2) 


===================

Bicara yang Baik atau Diam 

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau (lebih baik) diam.” (Riwayat Bukhari no. 6475 dan Muslim no. 74) 

===================

Balaslah Kebaikannya..

“Barangsiapa yang telah berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah kebaikannya. Bila engkau tidak memiliki sesuatu yang dapat digunakan untuk membalas kebaikannya, maka doakanlah kebaikan untuknya hingga engkau merasa telah cukup membalas kebaikannya tersebut.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan dinyatakan sebagai hadits shahih oleh al-Albani)


 =================== 

Kebodohan

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata : "Ketahuilah, bahwa pintu terbesar yang dimasuki Iblis untuk menyesatkan manusia adalah kebodohan. Dia akan masuk kepada orang-orang bodoh melalui pintu tersebut dengan aman. Adapun orang berilmu, maka dia tidak akan memasukinya kecuali dengan mencuri-curi kesempatan. Iblis telah banyak memperdayai para ahli ibadah dengan minimnya ilmu mereka, karena sebagian besar mereka itu menyibukkan diri dengan amal ibadah, sementara mereka tidak memahami ilmunya dengan baik". (Talbis Iblis, hal. 149)

Jika Beribadah Tanpa Ilmu

Umar bin Abdil Aziz mengatakan: "Barangsiapa beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan.” (Al Amru bil Maruf, Ibnu Taimiyah, 15)

===================

Setiap Penyakit Ada Obat, Kecuali Kematian

"Berobatlah kalian, sesungguhnya Allah tidak meletakkan penyakit kecuali meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu kematian.” (HR.Abu Dawud, At-tirmidzy, dan Ibnu Majah, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany)

===================

Bersih dari Dosa

"Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman: Sungguh Aku bila menguji seorang hambaKu yang mukmin, lalu ia memujiku atas ujian yang aku timpakan kepadanya, maka ia bangkit dari tempat tidurnya tersebut bersih dari dosa seperti hari ibunya melahirkannya (HR Ahmad dan dihasankan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Al Shohihah no. 144).

===================

Penyebab Masuk Neraka Saqar

“Apakah yang menjerumuskanmu ke dalam neraka Saqar? Mereka menjawab: kami bukan termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS Al Mudatsir:42-43). 


===================

Diantara Keutamaan 3 Surat

Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada Abdulloh bin Khubaib: “Bacalah Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas, di waktu pagi dan sore, sebanyak 3 kali. Itu cukup bagimu untuk mencegah semua marabahaya” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, di-shohih-kan oleh Albani)
 

===================

Belajarlah Untuk Diam

“Belajarlah diam sebagaimana kamu belajar berbicara! Jika bicara itu memberikan petunjuk kepadamu sesungguhnya diam itu menjaga dirimu. Dalam diam kamu mendapatkan dua hal, yaitu dengan diam kamu dapat mengambil ilmu dari orang yang lebih tahu dari pada kamu, dan dengan diam kamu dapat menolak kebodohan orang yang lebih bodoh daripada kamu.” [Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, Ibnu Abd al-Barr 167]


 ===================

Dakwah Tauhid

Selama 13 tahun di Mekkah, Rasulullah selalu berkata kepada manusia: "Ucapkanlah La ilaa ha illallah, pasti kalian beruntung." Da'wah dan tarbiyah haruslah dimulai dengan pemantapan tauhid dihati masyarakat. Maka barang siapa menginginkan kekuasaan sebelum da'wah dan tarbiyah, pasti ia akan gagal. Sebelum berbuah, pohon aqidah yang ditanam memerlukan perawatan, penyiraman, dan pemupukan yang cukup lama dan intensif. Kemudian setelah itu kita tunggu dan kita harapkan buahnya. (Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr)

=================== 

Ibadah Tidak Sah Jika Tercampur Dengan Kesyirikan

"Sebagaimana sholat akan menjadi batal dan rusak apabila pelakunya terkena hadats, maka demikian pula ibadah akan menjadi batal dan rusak apabila tercampuri kesyirikan. Sebagaimana sholat tidak sah tanpa thoharoh maka demikian pula ibadah tidak akan sah tanpa tauhid". (Al Qowa’idul Arba’ karya Asy Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah).

===================

Indahnya Malam

Sebagian salaf berkata, “Orang yang menghidupkan malam harinya dengan ibadah lebih merasakan kelezatan daripada orang yang berhura-hura. Kalau tidak ada malam, niscaya aku tidak ingin hidup di dunia.” (At-Tazkiyah baina Ahlis Sunnah wash-Shufiyah, Ahmad Farid hal. 13)

===================

"Lau Kaana Khairan Lasabaquuna Ilaihi"

Jika Suatu Perbuatan Itu Baik Niscaya Para Shahabat Nabi Telah Mendahului Kita Dalam Mengamalkannya"

Hudzaifah bin al-Yaman –radhiyallahu'anhu- berkata:

كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فلاَ تَتَعَبَّدُوْا بِهَا ؛ فَإِنَّ الأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلآخِرِ مَقَالاً ؛ فَاتَّقُوا اللهَ يَا مَعْشَرَ القُرَّاءِ ، خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para Sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, janganlah kalian beribadah dengannya. Karena generasi pertama tak menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka bertakwalah kalian kepada Allah wahai para pembaca al-Qur’an (orang-orang alim dan yang suka beribadah) dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu” (Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah)

===================

Bertahap Dalam Belajar

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata, “Belajar suatu ilmu hendaknya dilakukan dengan bertahap. Hal itu karena sesuatu jika permulaannya mudah, ia akan menjadi menarik bagi orang-orang yang mempelajarinya. Jika itu yang terjadi, maka pelajaran pun akan diterima dengan mudah. Akhirnya, sedikit demi sedikit ilmunya akan bertambah.” [Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani (1/163)]

 ===================

Termasuk golongan orang-orang shiddiq dan para syuhada

Dari 'Amr bin Murrah al-Juhani radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Ada seseorang yang datang kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah. Selain itu, aku juga mengerjakan shalat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa dan melakukan qiyamul lail (shalat malam) pada bulan Ramadhan, termasuk golongan siapakah aku ini?' Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Termasuk golongan orang-orang shiddiq dan para syuhada.'" (HR. Ibnu Hibbaan, no. 9)

===================

Tunaikan dan Sempurnakan yang Wajib Dulu !

"Orang yang banyak mencari fadhilah amalan sunnah tapi tidak menyempurnakan amalan wajib bagai pedagang yang rugi tapi ingin mencari keuntungan." (Tanbihul Mughtarin: 159)

===================

Ucapan Sebagian dari Amalan

Apa yang diucapkan oleh lidah juga dihisab oleh Allah sebagaimana amalan, lantas kenapa kita begitu berhati-hati dalam beramal namun tidak berhati-hati dalam berucap.
  • Bukankah lidah lebih cepat beraktifitas dibandingkan amalan? dalam satu menit terlalu banyak kata yang bisa dilontarkan oleh lidah, sedangakan amalan terbatas ruang gerakanya
  • bukankah lidah bisa menyakiti orang yang sedang hidup maupun yang telah lama meninggal dunia bahkan para ulama (dengan menggibahi mereka)?,adapun amalan hanya bisa menyakiti orang yang masih hidup?
  • Bukankah lidah bisa menyakiti orang yang tidak dihadapannya bahkan berada di tempat yang jauh di ujung dunia, sementara amalan hanya bisa menyakiti orang yang dihadapannya?
  • Bukankah lisan merupakan salah satu sebab terbesar yang menjerumuskan orang dalam api neraka?
  • Lantas kenapa kita bisa berpikir dan berhati-hati tatkala bertindak sementara tidak berfikir dan berhati-hati dalam berucap? (firanda.com)
===================

Hukum Membawa HP yang Berisi Al Quran Kedalam Toilet

Syaikh Abdullah Al-Mani' ditanya: Apa hukumnya membawa HP atau I-Pad yang berisi Al Quran ke dalam toilet?

Beliau menjawab bahwa tidak mengapa asalkan Al Qurannya tidak sedang dinyalakan, sebagaimana bolehnya membawa kaset murattal Al Quran ke dalam toilet selama tidak distel. Demikian juga kita dengan hapalan Al Quran yang ada pada kita. Apakah karena kita menghapal Al Quran maka kita tidak boleh masuk toilet? [Asy Syaikh Abdullah bin Sulaiman Al Manii' hafizhahullah adalah anggota Hai'ah Kibaril Ulama', majelis ulama besar Saudi Arabia.] Via: Wira Bachrun Al Bankawy

===================

Pernyataan Ulama Syafi'iyyah akan wajibnya mengikuti manhaj Salafush Sholih

Al Imam Abul Hasan Al Asy'ari rohimahulloh berkata, "Ijma' (kesepakatan) ke-49, 'Para ulama bersepakat bahwa tidak boleh seorang pun keluar dari ucapan Salaf dalam apa yg mereka sepakati atau perselisihkan, karena kebenaran tidak keluar dari ucapan mereka." [Ar Risalah ila Ahli Tsaghor hal. 306-307]

Al Imam Al Khothib Al Baghdadi rohimahulloh berkata, "Termasuk kerusakan yg sangat parah adalah menetapkan suatu ucapan yg menyelisihi madzhab Salaf dari para Imam kaum muslimin." [Al Majmu' : 6/466]

Al Imam Al Hafidzh As Suyuthi rohimahulloh berkata, "Maka hendaklah dirimu wahai saudaraku mengikuti jalan Salafush Sholih & hindarilah kebid'ahan serta kemungkaran. Jadilah hamba yg sholih & mintalah kepada Alloh taufiq dalam menempuh jalan mulia ini, karena barangsiapa dikaruniai hal itu maka berarti diberi karunia yg sangat agung." [Al Amru bil Ittiba' hal. 245] 

===================

Do'a

"Doa adalah kunci bagi setiap kebutuhan, tempat beristirahat bagi mereka yang membutuhkan, tempat berteduh bagi yang terjepit, dan pelega bagi orang-orang yang dikejar kebutuhan " [Syekh Ali Ad Daqqaq]

 =================== 

Nasehat Ibnu Abbas Kepada Putranya

Ibnu Abbas pernah berkata pada anaknya Abdullah radhiyallahu 'anhum:

"Wahai anakku, Janganlah kau mengajarkan ilmu karena 3 hal;
1. Jangan kau mngajarkan ilmu karena riya'
2. Jangan kau mngajarkan ilmu utk berdebat
3. Jangan kau mngajarkan ilmu utk membanggakan diri.

Dan Jangan kau berhenti belajar karena 3 hal;
1. Karena cinta terhadap kebodohan
2. Merasa sudah cukup ilmu dan tidak perlu tambahan ilmu
3. Malu menuntut ilmu."
(Jami' Bayaanil 'Ilm wa Fadhlihi, 1/170) 

===================

Akal Bukan Segalanya

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang mengartikan Al-Qur'an dengan pendapatnya sendiri, sesungguhnya dia telah keliru." (Diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi dan An-Nasa-i).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Barangsiapa yang berpaling dari madzhab Shahabat dan Taabi'in dan tafsir mereka kepada yang menyelisihinya, maka dia telah SALAH bahkan sebagai ahli bid'ah (mubtadi). Karena sesungguhnya mereka itu (para Shahabat dan Taabi'in) LEBIH mengetahui tentang tafsir Qur'an dan maknanya sebagaimana mereka lebih mengetahui tentang kebenaran yang Allah telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa kebenaran itu."(dinukil oleh Imam Suyuthi di kitabnya Al Itqan fi 'Ulumil Qur'an juz II hal 178 bagian Ilmu Qur'an yang ke-78)

Umar bin Kaththab radhiallahu 'anhu berkata : “Hati-hatilah kalian dari ashhabir ra'yi (kaum yang menilai kebenaran dengan akalnya) karena sesungguhnya mereka itu adalah musuh-musuh sunnah. Mereka merasa sulit untuk menghapal hadits sehingga mereka berkata dengan akalnya dan akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” (Sunan Ad Daruquthni, Al Washaya 4/146, Jami’ Bayanil Ilmi 2/123, dan Al Lalika’i 1/123. Lihat kitab Muqaddimat fil Ahwa’ wal Bida’ oleh Nasir bin Abdul Karim Al ‘Aql halaman 61)

===================

Jabir bin Zaid: "Aku lebih suka bersedekah satu dirham kepada anak yatim atau orang miskin daripada menunaikan ibadah haji setelah haji wajib." (Hilyatul Auliya': 3/89)

===================

Sa'id bin Abdul Aziz: "Setiap kali aku berdiri dalam sholatku, aku selalu terbayang-bayang neraka jahanam. (Hilyatul Auliya' VII/274)

===================

Untuk Pemuja dan Pengagung Kuburan

Berkata Imam Ibnu Qayyim al Jauziyyah, menantang para "pemuja dan pengagung" kuburan ;
"Apakah mungkin bagi manusia di atas muka bumi ini untuk mendatangkan dari salah seorang dari mereka (yaitu para as Salaf ash Shalih), dengan sebuah nukilan yang shahih atau hasan atau dha’if (lemah) atau (bahkan) munqathi’ (sanad yang terputus sekalipun), bahwasannya mereka, jika mereka memiliki hajat maka mereka akan mendatangi kuburan dan berdoa di sisinya, mengusap-usapnya, apalagi sampai shalat di sisinya, atau meminta kepada Allah dengan perantara para penghuni kubur, atau meminta langsung hajat-hajatnya kepada para penghuni kubur?! Hendaknya mereka datangkan kepada kami satu buah dalil atau satu huruf saja tentang hal tersebut…" (Ighâtsah al Lahafân, I/ 318)

===================

Menjaga Hatinya

Imam Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata : Ditanyakan kepada Abu Utsman an Naisaburi : "Apa amalan terbaik yang pernah Anda lakukan, yang sangat Anda harapkan pahalanya?"

Ia menjawab : "Pada masa muda, keluargaku berusaha keras untuk menikahkanku, tapi aku menolaknya. Lalu datanglah seorang perempuan seraya berkata : 'Wahai Abu Utsman, aku sungguh menginginkan dirimu.  Demi Allah, aku memintamu agar bersedia menikah denganku'.

Ia pun mendatangkan ayahnya, seorang laki-laki yang fakir, yang akhirnya menikahkan aku dengan anak gadisnya. Perempuan itu sangat bergembira karenanya.

Ketika aku masuk menemui istriku, ternyata ia seorang perempuan juling, pincang dan buruk rupa. Karena begitu cintanya kepadaku, ia melarangku untuk keluar rumah. Aku pun tetap tinggal di rumah demi untuk menjaga hatinya. Aku tidak menampakkan sedikitpun kebencian kepadanya, padahal seakan-akan aku berada diatas bara kebencian kepadanya. Aku menjalani semua itu selama lima belas tahun, hingga akhirnya ia meninggal dunia. Tidak ada amalan yang lebih aku harapkan pahalanya selain perbuatanku untuk menjaga hatinya".

[Shaid al Khathir, hal. 635-636]

===================

Kepada Para Suami

Allah Ta'ala berfirman : "Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." [an Nisa’ : 19]

Imam Ibnul Jauzi berkata : "Ayat ini menganjurkan untuk tetap mempertahankan istri, meskipun ada perasaan benci terhadapnya. Ayat ini juga mengisyaratkan dua makna.
Pertama; manusia tidak mengetahui sisi-sisi maslahat. Pasalnya, bisa jadi kebencian akan membuahkan cinta, sedang cinta akan berbuntut kebencian.
Kedua; manusia hampir-hampir tidak menemukan kecintaan yang tidak mengandung kebencian sedikitpun. Maka hendaknya dia bersabar atas apa yang dibencinya demi menggapai apa yang dicintainya." [Zâd al Masîr, II/ 42]

===================

KEELOKAN DAN KEBURUKAN AMALAN HATI

Keelokan dan kecantikan yang berasal dari amal shalih di dalam hati akan berimbas kepada keindahan wajah. Demikian juga dengan keburukan dan kenistaan yang berasal dari amalan rusak di dalam hati akan berimbas kepada kegelapan wajah, seperti yang telah dijelaskan dahulu.

Selanjutnya, efek pada wajah tersebut semakin kuat seiring dengan kuatnya amal shalih maupun amal yang rusak. Semakin banyak kebajikan dan ketakwaan, maka semakin kuatlah keelokan dan keindahan. Sebaliknya, semakin kuat dosa dan permusuhan, maka semakin kuatlah keburukan dan kenistaan. Sampai-sampai fenomena seperti ini bisa menghapus keindahan dan juga keburukan fisik. Berapa banyak orang yang tidak memiliki bentuk fisik yang indah, tapi ia memiliki amal shalih yang memancarkan keindahan dan kecantikan luar biasa, hingga membias pada keindahan fisiknya.

Karena itulah, bias pada fisik ini begitu nyata terlihat pada kontinyuitas keburukan di akhir-akhir usia menjelang kematian. Sehingga Anda bisa melihat wajah Ahlussunnah dan ahli ketaatan, semakin mereka tua semakin bertambah keindahan dan kewibawaannya. Bahkan, salah seorang dari mereka ketika tua memiliki wajah lebih indah dan lebih tampan dibanding wajahnya ketika muda. Sebaliknya, Anda melihat wajah ahli bid’ah dan maksiat, semakin mereka tua semakin gelap dan kelam wajah-wajahnya. Sampai-sampai orang yang dahulu mengenalnya ketika muda, tidak bisa lagi mengenali wajahnya…

(Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, al Istiqamah, I/365)

===================

Siapa Yang Bersikap Rendah Hati, Niscaya Allah Akan mengangkat Derajatnya

Berkata Imam asy-Syafi’i –rahimahullah- :“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kepada kedudukannya, dan orang yang paling besar keutamaannya adalah orang yang tidak pernah memandang kepada keutamaannya tersebut”.

Kita bisa mengambil ibrah, pelajaran dan tarbiyah dari keadaan Abu Bakr –radhiallahu ‘anhu-, dan beliau-lah ash-Shiddiq, Khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berkata Ibnu Abi Mulaikah: Terkadang tali kekang unta terlepas dari tangan Abu Bakr, dan ia hanya memukul leher untanya untuk membungkuk dan ia turun mengambil sendiri tali kekang tersebut. Orang-orang berkata : ”Kenapa engkau tidak menyuruh kami untuk mengambilkannnya?”.

Ia menjawab :”Sesungguhnya Kekasih-ku shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruhku untuk tidak meminta sesuatu kepada manusia!”.

Berkata Ali bin Tsabit : ”Aku tidak pernah melihat Sufyan ats-Tsaury duduk-duduk di depan majelis. Ia hanya duduk-duduk bersandar di dinding sambil memeluk lututnya”.

Al-Husain bin Ali pernah melewati para peminta-minta sementara mereka sedang memegang roti. Mereka berkata :”Mari kita makan siang, wahai Putra Rasulullah !”.

Ia pun turun, duduk di pinggir jalan dan makan bersama mereka. Setelah selesai, ia naik kembali dan berkata :”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong!”.

Utsman –radhiallahu ‘anhu- selalu mengurus wudhu’nya sendiri pada malam hari. Dikatakan padanya :”Kalau engkau menyuruh pembantu-pembantumu itu sudah cukup bagimu”.

Utsman menjawab : ”Tidak. Malam ini milik mereka untuk beristirahat”.

Ketika Imam Ahmad bin Hanbal pergi menuntut ilmu kepada Imam Abdurrazzaq, bekalnya habis. Ia pun menggadaikan dirinya (bekerja) pada sebagian kafilah-kafilah unta hingga ia sampai di Sana’a (Yaman). Sahabat-sahabatnya telah menawarkan bantuan untuknya, tapi sedikitpun ia tidak mau menerimanya.

Berkata Urwah bin Zubair : Saya melihat Umar ibnul Khaththab memikul gerabah air diatas pundaknya. Aku berkata : “Wahai Amirul mukminin! Ini tidak pantas untukmu”.

Ia menjawab : “Ketika delegasi-delegasi itu datang dengan penuh ketaatan, kesombongan masuk kedalam hatiku. Aku ingin menghancurkannya”.

Dari Maimun bin Mihran, ia berkata : ”al-Hamadany telah telah memberitakan kepadaku bahwa ia melihat Utsman bin Affan mengendarai keledai bersama budaknya, Na’il, sementara beliau ketika itu adalah seorang khalifah”.

Ia juga berkata : ”Aku melihat Utsman tidur di masjid beralaskan tikar, tidak seorang pun berada di sekelilingnya sementara ia adalah amirul mukminin”.

Berkata Shalih bin Imam Ahmad bin Hanbal : ”Ayahku tidak pernah membiarkan seorang pun mengambilkan air untuk wudhu’nya”.

Abu Hurairah –radhiallahu ‘anhu- pernah memangku jabatan amir (gubernur). Ia memikul sendiri seikat kayu bakar di punggungnya dan berkata (kepada orang-orang di jalanan) : ”Berilah jalan untuk Amir!”.

(Sumber : Aina Nahnu Min Haa-ulaa', Abdul Malik al Qasim)

===================

Doa-doa Penting yang Diprioritaskan

Doa-doa yang Paling Penting dimohonkan Seorang Hamba kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
1. Mohon hidayah/petunjuk kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, yaitu hidayah taufiq agar ditunjuki di atas jalan yang haq (benar).
2. Mohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar diampuni segala dosa yang dilakukan, karena setiap hari, siang dan malam seorang hamba tidak luput dari berbuat dosa dan maksiat.
3. Mohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar dimasukkan ke surga dan dijauhkan dari api neraka.
4. Mohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala keselamatan di dunia dan akhirat, serta dijauhkan dari berbagai macam bencana dan malapetaka.
5. Mohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar hatinya ditetapkan di atas agama dan tetap istiqomah dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
6. Mohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar ditetapkan nikmat Islam, Sunnah dan diselamatkan dari segala kemurkaan-Nya.
[Dinukil dari Buku Doa dan wirid mengobati guna-guna dan sihir menurut al Quran dan As Sunnah, Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal.71 Sumber: Disini]

===================

Yahya bin Mu'adz rahimahullah berkata, "Meninggalkan dunia memang berat, tapi meninggalkan surga jauh lebih berat. Ketahuilah, maharnya surga adalah meninggalkan dunia"

===================

Lembut, Sabar dan Bijaksana

Berkata Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz -semoga Allah merahmati beliau- :

"Masa ini adalah masa untuk bersikap lembut, sabar dan bijaksana. Bukan masa untuk berbuat kekerasan. Sebagian besar manusia pada saat ini berada pada kejahilan, kelalaian dan lebih mementingkan kekhidupan dunia. Maka suda seharusnya untuk bersabar... Sudah seharusnya untuk berlemah-lembut... Agar dakwah ini sampai... Agar manusia mau mendengarkan... Agar mereka bisa mengetahui... Kami memohon petunjuk untuk semuanya".

===================

Cinta Rasul shallallahu 'alaihi wasallam

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu pernah ditanya, "Bagaimana cinta kalian kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?".

Ia menjawab, "Demi Allah, beliau lebih kami cintai daripada harta-harta, anak-anak, bapak-bapak dan ibu-ibu kami. Bahkan beliau lebih kami cintai daripada air dingin disaat dahaga..."

(Syarhu asy-Syifa bi Ta'rif Ahwal al-Mushthafa, II/40)

 ===================

Akhlak Pembaca dan Penghafal al-Quran

Berkata Shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu :

“Sepantasnya bagi penghafal al Qur’an mengenal malamnya di saat manusia tidur,
mengenal siangnya di saat manusia berbuka (tidak puasa),
mengenal sedihnya di saat manusia gembira,
mengenal tangisannya di saat manusia tertawa,
mengenal diamnya di saat manusia mencampurkan adukkan perkataan mereka,
mengenal khusyu’nya di saat manusia bersikap sombong.

Selayaknya bagi penghafal al Qur’an menjadi orang yang banyak menangis, bersedih, santun, bijak dan pendiam. Dan tidak pantas bagi penghafal al Qur’an menjadi orang yang berwatak ekstrim, lalai, suka ribut dan pemarah”.

[Shifah ash Shofwah, I/ 413]

 ===================

Ke Arah Langit

Berkata Imam Abul Hasan al-Asy’ari, semoga Allah merahmati beliau dan seluruh ulama kaum muslimin :
“Kami melihat seluruh kaum muslimin mengangkat tangan-tangan mereka ke arah langit pada saat berdoa.
Karena Allah ber-istiwa’ diatas Arsy yang berada diatas seluruh langit.
Kalau bukan karena Allah berada diatas Arsy,
niscaya mereka tidak akan mengangkat tangan-tangan mereka ke arah Arsy”
(al-Ibanah fi Ushul ad-Diyanah hal.45)

=================== 

Keadilan vs Kezaliman

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
“Urusan-urusan manusia akan jauh sangat mungkin tegak di dunia ini bersama keadilan yang kemungkinan ada percampuran padanya dalam beberapa dosa, daripada tegaknya urusan-urusan tersebut bersama kezaliman dalam hak-hak walaupun tidak bercampur dalam dosa.

Karena itulah dikatakan : ‘Sesungguhnya Allah menegakkan negara yang adil walaupun kafir, dan tidak akan menegakkan negara yang zalim walaupun muslim’.

Dikatakan juga : ‘Dunia akan langgeng bersama keadilan dan kezaliman, dan tidak akan langgeng bersama kezaliman dan Islam’.

Yang demikian karena keadilan adalah prinsip segala sesuatu. Jika urusan dunia dilaksanakan dengan keadilan, dia akan tegak, walaupun pelakunya tidak memiliki bagian (keimanan) dalam agama ini. Dan kapan urusan itu dilaksanakan tanpa keadilan, dia tidak akan tegak, walaupun pelakunya memiliki keimanan yang akan mencukupinya di akhirat...”.

[al Istiqaamah, II/ 247-248, tahqiq : Muhammad Rasyad Salim]

===================

Indahnya Islam

Panglima Qutaibah ibnu Muslim al-Bâhily adalah seorang panglima besar yang telah menaklukkan negeri-negeri di Asia Tengah sampai perbatasan China. Diantara negeri-nengeri yang ditaklukkan tersebut adalah Samarkand. Negeri ini ditaklukkan kaum muslimin tanpa memberikan pilihan terlebih dahulu kepada penduduknya untuk memeluk Islam, berdamai atau berperang.

Setelah berlalu dua puluh tahun dari penaklukannya tersebut, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah. Penduduk Samarkand mendengar tentang keadilan Sang Khalifah. Maka mereka pun mendatangi gubernur Samarkand saat itu, Sulaiman bin Abi as-Sirry dan berkata :

”Qutaibah dahulu telah berkhianat, bersikap aniaya dan merampas negeri kami, dan sekarang Allah telah membangkitkan keadilan. Izinkanlah kami untuk mendatangi Amirul Mukminin dan mengadukan kezaliman yang menimpa kami”.

Setelah mendapatkan izin, mereka mengirim delegasi kepada Khalifah di Damaskus mengadukan perkara mereka.

Umar bin Abdul Aziz mengirim surat kepada Gubernur Sulaiman bin Abi as-Sirry yang isinya :

”Penduduk Samarkand telah mengadukan kezaliman yang menimpa mereka dan serangan yang dilakukan Qutaibah yang telah mengusir mereka dari negerinya. Jika sampai suratku ini padamu, angkatlah seorang qadhi (hakim) yang akan mengadili perkara mereka ini. Jika dia memenangkan perkara mereka, maka kembalikanlah mereka ke negerinya sebagaimana dahulu dan kalian kembali ke tempat kalian sebelum Qutaibah memenangkan perang”.

Gubernur memilihkan untuk mereka seorang qadhi besar di masanya yaitu Jâmi’ bin Hâdhir al-Qâdhy an Nâjy.

Sang Qadhi memutuskan dalam sidang tersebut bahwa seluruh orang Arab dan balatentara Islam yang ada di Samarkand harus keluar dari negeri itu dan mengembalikan seluruh perjanjian mereka dengan cara yang jujur. Semuanya harus dimulai dengan perjanjian yang baru atau kemenangan baru dengan sebuah perang yang terhormat.

Mendengar keputusan hakim tersebut, penduduk Samarkand berkata: ”Kami ridha dengan keadaan kami sekarang…”.

Pada akhirnya penduduk Samarkand lebih memilih untuk hidup dibawah naungan kaum muslimin setelah melihat keadilan Islam.

[Disarikan dari Tarikh ath Thabary, VIII/138-139]

===================

Keutamaan Ilmu Syar'i

Ketika menyebutkan tentang perkara-perkara yang dengannya ilmu lebih diutamakan daripada amal-amal yang lainnya, Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata :

“Poin ke 107 ; Berkata Sahl bin Abdullah at Tustury : ‘Barangsiapa yang ingin melihat kepada majelis-majelis para nabi, hendaklah dia melihat kepada majelis-majelis para ulama. Yang demikian karena para ulama adalah khalifah (pengganti) para rasul di umat mereka dan pewaris para nabi dalam ilmu mereka. Maka majelis-majelis mereka adalah majelis-majelis Khilafah Nubuwwah.

Poin ke 108 ; Sebagian besar dari para imam telah menyebutkan dengan sangat jelas bahwa amal yang paling utama setelah ibadah-ibadah wajib adalah menuntut ilmu.

Berkata as Syafi’i :’Tidak ada sesuatu yang lebih utama setelah ibadah wajib daripada menuntut ilmu’. Inilah yang disebutkan sahabat-sahabatnya darinya bahwa pendapat ini adalah mazhabnya.

Demikian juga perkataan Sufyan ats Tsaury. Pengikut mazhab Hanafi juga menukil pendapat yang demikian dari Abu Hanifah.

Adapun Imam Ahmad, telah dinukil dari beliau tiga riwayat, salah satunya adalah ilmu. Ditanyakan (seseorang) kepadanya : Apakah yang paling Anda sukai, aku duduk pada malam hari untuk menulis (ilmu) atau shalat sunnah? Beliau menjawab :’Engkau menulis yang dengannya engkau mengetahui urusan agamamu lebih aku sukai!’.”

Sampai pada perkataannya :

“Adapun Malik, maka berkata Ibnul Qasim : Aku mendengar Malik berkata :’Sesungguhnya segolongan manusia telah sibuk dengan ibadah dan melalaikan ilmu, maka mereka memberontak terhadap umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan senjata-senjata mereka. Jika saja mereka mengikuti ilmu, niscaya ilmu itu akan menghalangi mereka dari perbuatan tersebut’.”

[Ibnul Qayyim dalam Miftaah Daar as Sa’aadah, 1 / 119]

===================

Kekuatan Ilmu

Berkata Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala dalam “Miftaah Daar as-Sa’aadah” :

Sulthan (kekuatan) ilmu lebih besar daripada kekuatan tangan (kekuasaan).
Karena itulah manusia akan tunduk patuh kepada hujjah (argumentasi) tidak sebagaimana ketundukan mereka kepada kekuatan tangan.

Hujjah akan tunduk kepadanya hati, sementara tangan (kekuasaan) hanya akan tunduk kepadanya jasad.
Hujjah mampu untuk menawan hati dan menundukkannya.

Bahkan kekuatan dan kemuliaan kekuasaan jika tidak dituntun bersama ilmu, maka kedudukannya sama dengan kekuatan binatang-binatang buas, singa dan lain-lain; kekuatan tanpa ilmu dan kasih sayang.

Berbeda dengan kekuatan hujjah, karena dia adalah kekuatan yang disertai dengan ilmu, kasih sayang dan kebijaksanaan…”

 =================== 

Bagaimana Salaf Mencari Ilmu?

Imam Muhammad ibnu Ishaq ibnu Mandah pergi menuntut ilmu pada umur 20 tahun dan kembali ke negerinya pada umur 65 tahun. Ia habiskan 45 tahun dari umurnya untuk berkeliling mencari dan mengambil ilmu dari 1700 orang syaikh (guru). Ketika kembali ke negerinya, ia menikah pada umur 65 tahun, dikaruniai anak dan mengajarkan hadits kepada manusia. [Tadzkirah al Huffaadz, III/1032]

Abu Hatim ar Raazy pergi mencari dan mengumpulkan hadits dengan berjalan kaki. Ia berkata mengisahkan pengalaman dirinya : “Aku telah berjalan kaki sejauh 1000 farsakh, dan kemudian aku tidak pernah menghitungnya lagi”. [Tadzkirah al Huffaadz, II/567. Jarak satu farsakh kurang lebih sejauh 5 KM]

Umar bin Abdul Karim ar Rawaasy bepergian dan mengambil ilmu dari 3600 syaikh. Pada salah satu perjalanannya mencari ilmu, beberapa jarinya terpotong karena salju yang sangat dingin. [Tadzkirah Huffaadz, IV/1238]

Berkata Imam Muhammad bin Thahir al Maqdisy : “Aku telah kencing darah dua kali dalam perjalananku mencari hadits. Sekali di Baghdad dan sekali di Makkah. Hal itu terjadi karena aku berjalan tanpa alas kaki dibawah terik panas matahari dan di tengah padang pasir yang membakar. Aku sama sekali tidak pernah menunggang kendaraan kecuali sekali saja dan selalu memikul buku-buku di punggungku dalam perjalanan sampai tiba di suatu negeri. Aku tidak pernah meminta harta kepada siapa pun selama mencari ilmu dan mencukupkan diri dengan rezki dari Allah tanpa meminta-minta”. [Tadzkirah al Huffaadz, IV/1243]

Berkata Sa’id ibnul Musayyab : “Aku berjalan berhari-hari pada siang dan malam untuk mencari satu buah hadits”. [al Bidaayah wa an Nihaayah, IX/111]

Berkata Abu Fadhl ibnu Bunaiman : “Aku melihat Abul ‘Alaa’ al Hamadzaany di sebuah masjid di kota Baghdad sedang menulis sambil berdiri, karena lampu masjid berada di tempat yang tinggi”. [Tadzkirah al Huffaadz, III/915]

Berkata Yahya ibnu Abi Katsir : “Ilmu tidak akan diperoleh dengan jasad yang bersenang-senang”. [Muqaddimah Shahih Muslim]

Berkata an Nadhr ibnu Syumail : “Seseorang tidak akan merasakan nikmatnya ilmu, hingga dia lapar dan lupa dengan laparnya”. [Tadzkirah al Huffaadz, I/314]

Berkata Imam Malik : “Ilmu tidak akan diperoleh hingga dirasakan padanya pahitnya kefakiran”. [Tartiib Madaarik, II/68]

Berkata Imam asy Syafi’i : “Kefakiran orang-orang berilmu adalah kefakiran karena pilihan, sementara kefakiran orang-orang bodoh adalah kefakiran karena terpaksa”.

Abu Ali al Balkhi berkata : “Aku berada di Asqalan untuk mencari ilmu. Suatu ketika bekalku habis dan aku berdiam beberapa hari tanpa makan. Kemudian aku pergi untuk menulis hadits, namun aku tidak mampu lagi menulis karena sangat lapar. Maka aku pergi ke warung seorang tukang roti, duduk di dekatnya untuk mencium bau roti yang dengannya aku memperkuat diri lagi untuk menulis. Hingga akhirnya Allah memberikan kemudahan untukku”. [Tadzkirah al Huffaadz, IV/1173]

 ===================

Perkara Yang di Sukai dan Dibenci

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, jika datang kepadanya perkara yang membuatnya bahagia, maka ia akan mengucapkan :

"Alhamdulillaa hilladzi bi ni'matihii tatimmush shaalihaat"
(Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala kebaikan);

dan jika datang kepadanya perkara yang tidak disukainya, maka ia akan mengucapkan :

"Alhamdulillaahi 'alaa kulli haal".
(Segala puji bagi atas segala keadaan).

[Terjemah HR, al Hakim rahimahullahu]

===================

Beramal tanpa keikhlasan dan iqtidaa’ (mengikuti sunnah), ibarat musafir yang mengisi bekalnya dengan pasir. Memberatkannya dan tidak bermanfaat sama sekali baginya. (Ibnul Qayyim rahimahullahu)

===================

CINTA RASUL ADALAH DENGAN ITTIBA' (MENGIKUTI) SUNNAHNYA

Pada hakekatnya, siapa yang mencintai seseorang, maka dia akan menyukai segala apa yang disukai orang tersebut. Berikut ini adalah sirah para Salaf, bahkan hingga pada perkara-perkara mubah atau yang disukai oleh jiwa :

@ Abu Bakr dan Umar radhiyallahu ‘anhuma sering mengunjungi Ummu Aiman, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pengasuh beliau. Mereka berdua berkata (menyebutkan alasannya) : “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering mengunjunginya”.

@ Ketika Halimah as Sa’diyyah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menghamparkan pakaiannya sebagai alas duduknya sampai ia menyelesaikan hajatnya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Halimah datang kepada Abu Bakr dan Umar radhiyallahu ‘anhuma, dan mereka pun melakukan yang sama terhadapnya seperti perlakuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

@ Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah tertawa disebabkan dahulu ia pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu dalam “al Kalim ath Thayyib”. Beliau menyebutkan dalam buku tersebut : “… Ali pun tertawa. Ditanyakan kepadanya : Wahai Amirul Mukminin, apa yang membuatmu tertawa?

Ia menjawab : Sungguh aku telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukakan seperti apa yang aku lakukan dan beliau tertawa. Aku pun bertanya : Wahai Rasulullah, apa yang menyebabkanmu tertawa?

Beliau pun menjawab : Sesungguhnya Rabb-mu subhanahu wa ta’ala takjub terhadap hamba-Nya jika dia mengucapkan ; Wahai Rabb-ku, ampuni dosa-dosaku! Hamba itu tahu bahwa tidak ada yang mengampuni dosa selain Aku’.” [Hadits diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, at Tirmidzi dan an Nasa’i. Berkata at Tirmidzi : Hadits hasan shahih]

@ Umar ibnul Khattab lebih menyukai berjalan kaki menuju masjid Quba walaupun tersedia kendaraan untuknya. Ketika Abdullah bin Qais bin al Makhramah datang membawa kendaraan, ia berkata : “Naiklah, wahai Paman!”

Umar berkata : “Wahai putra saudaraku, kalau aku ingin untuk mengendarai kendaraan, niscaya aku akan mendapatkannya. Akan tetapi aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan menuju masjid ini hingga beliau sampai dan shalat di masjid tersebut. Maka aku pun suka untuk berjalan menuju masjid ini sebagaimana aku pernah melihat beliau berjalan”. Ia pun enggan untuk naik dan terus berjalan. [Riwayat Imam Ahmad dalam al Musnad. Para perawinya tsiqah]

@ Imam Ahmad rahimahullahu pernah berkata : “Tidaklah aku menulis sebuah hadits melainkan aku telah mengamalkannya. Sampai-sampai datang kepadaku sebuah hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam minta dibekam dan beliau memberikan Abu Thaibah satu Dinar, maka aku pun berbekam dan aku memberikan tukang bekam satu Dinar”. [Badzl al Majhûd fî Syarh Sunan Abi Dâwûd]

Sahabat,

Cintailah beliau dengan sepenuh hati Anda, dan amalkanlah sunnah-sunnahnya... Semoga Allah menganugerahkan kita syafaat nabi-Nya... Amin.

===================

Agar Hati Tak Berkarat


Kiat-kiat agar hati tidak berkarat dan membersihkan hati yang berkarat

1. Tinggalkan segala ketergantungan kepada selain Allah dan memurnikan pengabdian kita hanya kepada Allah, dengan meluruskan tauhid dan menjauhi kesyirikan.


2. Memperbanyak istighfar. Istighfar memiliki faidah yang sangat banyak sekali.


3. Membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah rahmat bagi orang yang beriman, usahakan membaca setiap hari minimal satu lembar. Jangan pernah mata ini terpejam kecuali kita sudah membaca ayat-ayat-Nya pada hari ini.


4. Dzikrullah, mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya orang-orang yang beriman hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Barangsiapa yang berpaling dari mengingat Allah maka akan Allah jadikan syaitan sebagai temannya.


5. Berbahagialah dengan kebahagiaan saudaramu. Tidak iri dan dengki dengan nikmat yang dimiliki orang lain.


6. Bila engkau dilempari batu, maka tangkaplah batu itu kemudian bangunlah rumah yang indah dan kokoh dengan batu itu, maksudnya jika kita dikritik kita terima dan jadikan sebagai cambuk yang dapat membangun dan memperbaiki diri kita menjadi lebih baik.


7. Jangan menangisi masa lalu yang sudah berlalu. Bersikap bijaklah dan Jadikanlah masa lalu itu sebagai cermin untuk belajar di masa depan. Jangan ucapkan :”Kalau tadi gak begitu maka...atau, seharusnya gak begitu..”


8. Tata hatimu dengan sifat suka berbagi dengan saudaramu dan sesama fakir miskin. Ingat kisah kaum Muhajirin dan Anshor yang saling berbagi sehingga timbul rasa cinta dan persaudaraan yang tulus. Merela lebih mengutamakan orang lain walaupun dia sendiri butuh. Semoga Allah menjaga kita dari sifat kikir. Rasulullah adalah manusia terbaik yang pernah menginjakkan kakinya di muka bumi ini, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang suka bersedekah walaupun di rumahnya pernah selama tiga bulan berturut-turut tidak menyala api di rumahnya (tidak ada yang dimasak), karena tidak memiliki apa-apa kecuali air.


9. Kunjungilah fakir miskin demi untuk menghilangkan karat-karat di hati ini. Berdo’alah kepada Allah, Allahumma Ya Allah Aku memohon kepadaMu untuk melakukan kebaikan2 dan cinta kepada orang miskin.


10. Jangan melihat ke atas untuk urusan duniamu, lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah dari kalian agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang Allah berikan kepadamu.


11. Sering-seringlah mengingat kematian, pemutus kenikmatan dunia. Orang sekaya apapun tidak akan membawa kekayaannya ke dalam kubur, semua akan ditinggalkan.


12. Tutup segala pintu yang merusak hati dan jiwa. Mulai dari BB, Fb, pertemanan dengan laki-laki non mahram. Rasulullah saja melarang shahabat Umar bin Khattab untuk membaca Taurat. Subhanallah.


13. Sering-seringlah menghisab diri kita. Perhatikan apa yang telah kita perbuat untuk hari esok.


[Diringkas dari Kajian Islam di Rodja TV dengan Tema : Mengikir Hati yang Berkarat, Ustadz Syafiq Reza Basalamah MA hafidzhohullah. Dari
Dewi Suciati Indah]

===================

Setengah Iblis

Waspadalah akan manusia setengah Iblis
Tolak syariah bicara sok kritis
Sering dengan nada sinis
Sebut ukhti tekstualis
Padahal mereka cuma mengais
Dari sampah pikiran kafir najis

Mereka lancang bicara
Jilbab itu budaya…
Jadi cuma produk manusia
Tapi ukhti harus waspada
Karena itu hanya tipu daya belaka
Mereka sendiri malu pake koteka

Dengan nylekit
Mereka bilang ‘poligami amit-amit’
Hanya bikin hati sakit
Hasilnya, suami pergi tanpa pamit
Selingkuh pun terjadi tidak sedikit
Hingga perzinaan pun dilakukan di gang sempit

Mereka sibuk melombakan kefasikan
Mulai dari kontes ratu-ratuan
Obral aurat dijual murahan
Iman dan akhlak bukan ukuran
Layaknya di pasar hewan
Yang dinilai hanya keelokan dan kemontokan

[Disalin dari sebuah tulisan yang saya tidak tahu pasti siapa penulisnya, jazahullahu khoiron Artikel www.ustadzaris.com].

===================

Nasehat

Dari Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, dari ayahnya bahwa seorang laki-laki datang kepadanya dan berkata :”Wahai Abu Abdirrahman, ajarkan kepadaku kalimat yang sempurna dan bermanfaat!”.

Maka Abdullah berwasiat kepadanya :
“Jangan engkau mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Beredarlah bersama al Qur’an kemanapun dia pergi. Siapa yang mendatangimu dengan kebenaran, terimalah itu darinya walaupun dia seorang yang jauh dan dibenci. Dan siapa yang mendatangimu dengan kebatilan, tolaklah walaupun dia seorang yang sangat dekat dan engkau cintai”.

[Shifah ash Shofwah, I/ 419]
__________

Sumber :

Category: Mutiara Hikmah dan Sya'ir

0 comments:

Post a Comment