Other Recent Articles

Kumpulan Sya'ir - 1

By Unknown on Tuesday 21 August 2012 0 comments

Jalan Keselamatan

Barang siapa yang berharap selamat
Tak ada jalan selain mengikuti Muhammad
Itulah jalan yang lurus, sedang yang lain adalah
jalan sesat, menyimpang dan kebinasaan
Ikutilah kitab Allah dan sunnah yang shahih
Bila engkau mengikutinya, maka itulah petunjuk
Jauhi pertanyaan dengan mengapa dan bagaimana
Itu adalah pintu yang membutakan orang yang berilmu
Agama ialah sabda Rasul Shallallahu'alaihi wa sallam dan para sahabatnya
dan dititi generasi Tabi’in dan para pengikutnya

مَنْ كَانَ يَرْغَبُ فِـي النَّجَاةِ فَـمَا لَـهُ
غَيْرُ اتِّبَاعِ الْمُصْطَـفَى فِيْـمَا أَتَـى
ذَاكَ سَـبِيْلُ الْمُسْتَـقِيْـمُ وَغَـيْرُهُ
سُبُلُ الضَّلاَلَـةِ وَالْغِوَايَـةِ وَالرَّدَى
فَاتْبَعْ كِتَابَ اللَّـهِ وَالسُّـنَنَ الَّتِـيْ
صَحَّتْ فَذَاكَ إِنِ اتَّبَعْتَ هُوَ الْهُدَى
وَدَعِ السُّـؤَالَ بِلِمَ وَكَيْـفَ فَإِنَّـهُ
بَابٌ يَجُرُّ ذَوِيْ الْبَصِيْرةِ لِلْعَـمَـى
الدِّيْنُ مَا قَالَ الرَّسُـوْلُ وَصَحْـبُـهُ
وَالتَّابِعُـوْنَ وَمَنْ مَنَاهِجَهُمْ قَــفَا

[Siyar A'lam an-Nubala', jilid 23, hlm. 314, Muassasah ar-Risalah, cet. 7, Bairut, Libanon, tahqiq Dr. Basysyar Awwad Ma'ruf dan Dr. Muhyi Hilal as-Sarhan, Ma'a Syaikhinaa Naashir as-Sunnah wa ad-Diin, Muhammad Nashiruddin al-Albani, karya Syaikh Ali Hasan al-Halabi, hlm. 30]

[Majalah Islami, Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah, Edisi 62, halaman 80]

Keyakinan Muslim Sejati


Karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu

إِنْ كَانَ تَابِعُ أَحْمَدٍ مُتَوَهِّبًا
فَأَنَا الْمُقِرُّ بِأَنَّنِيْ وَهَّابِيْ

Jika pengikut setia Ahmad [1] dijuluki WAHABI [2]
Maka aku adalah seorang wahabi

أَنْفِي الشَّرِيْكَ عَنِ اْلإِلَهِ فَلَيْسَ لِيْ
رَبٌّ سِوَى الْمُتَفَرِّدِ اْلوَهَّابِ

Kutolak sekutu bagi Allah, bagiku
Tiada Ilah selain Yang Maha Tunggal AL-WAHHAB [3]

لاَ قُبَةٌ تُرْجَى وَلاَ وَثَنٌ وَلاَ
قَبْرٌ لَهُ سَبَبٌ مِنَ اْلأَسْبَابِ

Bukan kubah, berhala maupun kuburan
Yang diharapkan sebagai penyebab segala sesuatu

كَلاَّ وَلاَ حَجَرٌ، وَلاَ شَجَرٌ وَلاَ
عَيْنٌ وَلاَ نُصُبٌ مِنَ اْلأَنْصَابِ

Sekali bukan tetap bukan, demikian juga
Bukan batu, pohon, mata air[4] dan monumen[5]

أَيْضًا وَلَسْتُ مُعَلِّقًا لِتَمِيْمَةِ
أَوْ حَلَقَةٍ، أَوْ وَدْعَةٍ أَوْ نَابِ

Juga, aku tidak menggantungkan jimat,
Gelang, kerang undian atau taring[6]

لِرَجَاءِ نَفْعٍ، أَوْ لِدَفْعِ بَلِيَّةٍ
اللهُ يَنْفَعُنِيْ، وَيَدْفَعُ مَا بِيْ

Tuk dapatkan manfaat atau tolak petaka
Allah sajalah Yang memberi manfaat dan menghilangkan petaka

وَاْلاِبْتِدَاعُ وَكُلُّ أَمْرٍ مُحْدَثٍ
فِي الدِّيْنِ يُنْكِرُهُ أُوْلُو اْلأَلْبَابِ

Bid’ah dan perkara baru dalam agama
Diingkari oleh orang-orang yang berakal[7]

أَرْجُوْ بِأَنِّيْ لاَ أَقَارِبُهُ وَلاَ
أَرْضَاهُ دِيْنًا، وَهُوَ غَيْرُ صَوَابِ

Aku tidak ingin mendekatinya dan
Tidak meridhainya sebagai agama, itu adalah keliru

وَأَعُوْذُ مِنْ جَهْمِيَّةٍ عَنْهَا عَتَتْ
بِخِلاَفِ كُلِّ مُؤَوِّلِ مُرْتَابِ

Akupun berlindung dari Jahmiyyah[8] yang membangkang
Aku menyelisihi setiap penyeleweng makna lagi ragu[9]

وَاْلاِسْتِوَاءُ فَإِنَّ حَسْبِيْ قُدْوَةٌ
فِيْهِ مَقَالُ السَّادَةِ اْلأَنْجَابِ

Adapun istiwa’[10], maka cukup bagiku sebagai teladan
Pendapat para tokoh yang mulia

الشَّافِعِي وَمَالِكٍ وَأَبِيْ حَنِيْـ
ـفَةَ وَابْنِ حَنْبَلِ التَّقِيِّ اْلأَوَّابِ

Asy-Syafi’i, Malik, Abu Hanifah
Dan Ibnu Hambal yang bertakwa lagi terhormat

وَبِعَصْرِنَا مَنْ جَاءَ مُعْتَقِدًا بِهِ
صَاحُوْا عَلَيْهِ مُجَسِّمٌ وَهَّابِيْ

Adapun di zaman kita, siapa saja yang berkeyakinan
Seperti keyakinan mereka, dijuluki mujassim[11] wahabi

جَاءَ الْحَدِيْثُ بِغُرْبَةِ اْلإِسْلاَمِ فَلْـ
يَبْكِ الْمُحِبُّ لِغُرْبَةِ اْلأَحْبَابِ

Hadits telah memberitakan tentang asingnya Islam
Maka menangislah pecinta kebenaran, karena sedikitnya teman

فَاللَّهُ يَحْمِيْنَا، وَيَحْفَظُ دِيْنَنَا
مِنْ شَرِّ كُلِّ مُعَانِدٍ سَبَّابِ

Allah-lah Yang melindungi kita dan menjaga agama kita
Dari kejahatan setiap penentang lagi pencela

وَيُؤَيِّدُ الدِّيْنَ الْحَنِيْفَ بِعُصْبَةٍ
مُتَمَسِّكِيْنَ بِسُنَّةٍ وَكِتَابِ

Dia-lah Yang menguatkan agama nan lurus, dengan perantaraan
Suatu kelompok yang berpegang teguh terhadap al-Qur’an dan Sunnah

لاَ يَأْخُذُوْنَ بِرَأْيِهِمْ وَقِيَاسِهِمْ
وَلَهُمِ إِلَى اْلوَحْيَيْنِ خَيْرُ مَآبِ

Tidak mendahulukan akal dan qiyas mereka
Bagi mereka, kedua wahyu adalah sebaik-baik pedoman

قَدْ أَخْبَرَ الْمُخْتَارُ عَنْهُمْ أَنَّهُمْ
غُرَبَاءُ بَيْنَ اْلأَهْلِ وَاْلأَصْحَابِ

Sang terpilih[12] telah memberitakan keadaan mereka
Merekalah orang-orang yang dikucilkan oleh keluarga dan teman

سَلَكُوْ طَرِيْقَ السَّالِكِيْنَ إِلَى الْهُدَى
وَمَشَوْا عَلَى مِنْهَاجِهِمْ بِصَوَابِ

Meniti jalan para pencari hidayah
Meneladani prinsip mereka dengan benar

مِنْ أَجَلِ ذَا أَهْلُ اْلغُلُوِّ تَنَافَرُوْا
عَنْهُمْ فَقُلْنَا لَيْسَ ذَا بِعُجَابِ

Karena itulah orang-orang ekstrim memusuhi mereka
Maka kami katakan, bahwa hal itu tidaklah mengherankan

نَفَرَ الَّذِيْنَ دَعَاهُمْ خَيْرُ اْلوَرَى
إِذْ لَقَّبُوْهُ بِسَاحِرٍ كَذَّابِ

Telah lari orang-orang yang diseru sebaik-baik manusia (Rasulullah)
Bahkan mereka menjulukinya sebagai penyihir lagi pendusta

مَعَ عِلْمِهِمْ بِأَمَانَةٍ وَدِيَانَةٍ
فِيْهِ وَمَكْرَمَةٍ، وَصِدْقِ جَوَابِ

Meski mereka tahu tentang ketinggian amanah dan agamanya
Kemuliaan dan kejujuran jawabannya

صَلَّى عَلَيْهِ اللَّهُ مَا هَبَّ الصَّبَا
وَعَلَى جَمِيْعِ اْلآلِ وَاْلأَصْحَابِ

Semoga sholawat Allah tercurah atasnya selama angin Shoba[13] berhembus
Demikian juga atas segenap keluarga dan sahabatnya.

————————————

[1].    Yakni: Nabi Muhammad yang salah satu nama beliau adalah Ahmad
[2].    Nisbat dan penyematan kepada Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab, ulama reformis di jazirah arab
[3].    Salah satu nama Allah yang bermakna Maha Memberi
[4].    Mata air yang dipakai mandi untuk tabarruk dan penyembuhan suatu penyakit.
[5].    Yakni: Monumen yang beralih fungsi menjadi berhala yang diibadahi selain Allah
[6].    Dua benda terakhir yang disebutkan, banyak digantungkan pada kapal sebagai usaha meraih keberuntungan
[7].    Karena agama ini telah sempurna, kenapa masih ditambahi?
[8].    Kelompok sesat yang mengingkari keberadaan Allah di atas langit, bahkan berpendapat bahwa Allah dimana-mana. Na’uudzubillaah min dzalik, apakah Allah juga berada di tempat sampah, kotor lagi najis?? Padahal Allah berfirman: (Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy. (QS. Thoha: 5)
[9].    Yakni: terhadap nama dan sifat Allah.
[10].    Yakni: perkara bersemayamnya Allah di atas ‘Arsy, sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an surat Thoha:5.
[11].    Kelompok sesat yang menganggap Allah memiliki badan persis dengan makhluk-Nya
[12].    Yakni: Rasulullah yang telah dipilih oleh Allah dari sekian banyak makhluk-Nya.
[13].    Angin pagi yang sepoi-sepoi.

[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 59, hal 56-57]

Kefanaan Kian Mendekat

أَيـَّا إِخْوَتِـيْ آجَـالُـنَا تَتَـقَـرَّبُ                وَنَحْنُ مَعَ اْلأَهْلِيْنَ نَلْهُـوْ وَنَلْعَـبُ
أُعَدِّدُ أَيـَّامِيْ، وَأُحْصِـيْ حِسَابَـهَا           وَمَـا غَفْلَتِيْ عَمَّا أَعُدُّ وَأَحْسِـبُ
غَدًا أَنَا مِنْ ذَا اْليَوْمِ أَدْنَى إِلَى اْلفَنـَا        وَبَعْدَ غَدٍ أَدْنَـى إِلَيْـهِ وَأَقْـرَبُ

Wahai saudaraku, ajal kita kian mendekat
Sedangkan kita bermain dan senda gurau bersama keluarga

Aku menghitung hari-hariku dan menjumlahnya dengan tepat
Dan tidaklah aku lalai dari apa yang kuhitung

Besok hari lebih dekat pada kefanaan dari hari ini
Dan besok lusa lebih dekat lagi dan lebih mendekat

[diterjemahkan dari Diwan Abul 'Atahiyah hlm. 38, Cet. Dar Bairut]

[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 58 hal. 60]

Menyesali Dosa-dosa Yang Berlalu Dan Bertaubat Di Tahun Baru

قَطَعْتَ شُهُـوْرَ اْلعَـامِ لَهْـوًا وَغَفْلَةً            وَلَمْ تَحْتَـرِمْ فِيْمَـا أَتَيْتَ الْمُحَرَّمًـا
فَـلاَ رَجَـبًا وَافيْتَ فِيْـهِ بِحَـقِّـهِ                  وَلاَ صُمْتَ شَهْرَ الصَّوْمِ صَوْمًا مُتَمِّمًا
وَلاَ فِيْ لَـيَالِيْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ الَّذِيْ         مَضَى كُنْتَ قَوَّامًـا وَلاَ كُنْتَ مُحْرِمًا
فَهَلْ لَكَ أَنْ تَمْحُـوَ الذُّنُوْبَ بِعَبْـرَةٍ              وَتَبْكِي عَلَيْهَـا حَسْرَةً وَتَـنَـدُّمًـا
وَتَسْتَقْبِلَ الْعَـامَ الْجَـدِيْـدَ بِتَـوْبَـةٍ                 لَعَلَّكَ أَنْ تَمْحُـوَ بِهَـا مَـا تَقَدَّمًـا

Engkau lalui bulan-bulan setahun dengan senda gurau dan kelalaian

Dan engkau tidak memberikan penghormatan pada bulan Muharram

Demikian pula bulan Rajab haknya tidak engkau tunaikan

Dan berpuasa di bulan puasa engkau tidak sempurnakan

Tidak pula malam-malam 10 (awal) Dzulhijjah yang telah lalu

Engkau tegakkan dengan shalat dan tidak pula ihram (haji dan umrah)

Lalu, akankah engkau melebur dosa-dosa lalu dengan air mata

Dan engkau menangisinya dengan penuh kesedihan dan penyesalan

Kemudian engkau menyambut tahun baru dengan bertaubat

Mudah-mudahan semua itu dapat menghapuskan dosa yang telah lewat

[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 57, hal. 60]

Dialog Antara Ilmu & Akal

عِلْمُ اْلعَلِيْمِ وَعَقْلُ اْلعَاقِلِ اخْتَلَفَا                مَنْ ذَا الَّذِي فِيْهِمَا قَدْ أَحْرَزَ الْشَّرَفَا
فَالْعِلْمُ قَالَ: أَنَا أَحْرَزْتُ غَايَتَهُ                 وَالْعَقْلُ قَالَ: أَنَا الرَّحْمَنُ بِي عُرِفَا
!فَأَفْصَحَ اْلعِلْمُ إِفْصَاحًا وَقَالَ لَهُ                بِأَيِّنَا اللهُ فِي قُرْآنِهِ اتَّصَفَا ؟
فَأَيْقَنَ اْلعَقْلُ أَنَّ اْلعِلْمَ سَيِّدُهُ                    فَقَبَّلَ اْلعَقْلُ رَأْسَ اْلعِلْمِ وَانْصَرَفَا

Ilmunya orang alim dan akalnya orang yang berakal berselisih

Siapakah di antara keduanya yang paling berhak mendapatkan kemuliaan?

Sang ilmu mengatakan: Sayalah yang berhak mendapatkan puncak kemuliaan

Sang akal menjawab: (Sayalah yang paling berhak) karena hanya denganku Allah bisa dikenal!

Maka ilmu menjawab dengan penuh kefasihan seraya mengatakan: Dengan siapakah di antara kita yang Allah sifati dengannya dalam al-Qur`an? (Artinya, apakah Allah tersifati dengan al-’Alim atau al-’Aqil?)

Akalpun menyerah dan meyakini bahwa ilmu adalah tuannya, sehingga akal mencium ilmu dan berpisah.

[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 56 hal. 60]

Kembali ke Bumi

Allah Ta’ala berfirman:
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (QS. Thoha: 55)

Seorang penyair berkata:

إِنَّ امْرَءًا يَصْفُوْ لَهُ عَيْـشُهُ لَغَافِلٌ عَمَّا تَجِـنُّ الْقُبُوْرُ
نَحْنُ بَنُوْ الأَرْضِ وَ سُكَّانُهَا مِنْهَا خُلِقْنَا وَإِلَيْـهَا نَصِيْرُ

Sungguh orang yang merasakan nikmatnya kehidupan
Dia tidak akan tahu apa yang ada di balik kuburan
Kami ini adalah putra bumi dan para penduduknya
Dari tanah kita diciptakan dan kepadanya dikembalikan

[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 55, hal. 60]

Nashoih Ramadhoniyyah

نَصَائِحُ رَمَضَانِيَّةٌ

Bulan Qiyam dan Shiyam

لاَ تَجْعَلْ رَمَضَانَ شَهْرَ فُكَاهَةٍ                   تُلْهِيْكَ فِيْهِ مِنَ الْحَدِيْثِ فُنُوْنُهُ
واعْلَمْ بأنَّكَ لاَ تَنَالُ ثَوَابَهُ                        حَتَّى تَكُوْنَ تَصُوْمُهُ وَتَقُوْمُهُ

Janganlah kau jadikan Ramadhan bulan gelak tawa
Hingga beragam obrolan dapat melalaikanmu darinya
Ketahuilah, kau tidak akan mendapatkan pahalanya
Hingga menghidupkannya dengan shalat dan puasa
[Jadzwah al-Iqtibas, jilid 1, hlm. 57]

Bulan Penuh Berkah

شَهْرُ الصِّيَامِ مُبَارَكٌ قَدْ خَصَّهُ                   ذُوْالطَّوْلِ فِيْهِ بِفَضْلِهِ وَاخْتَارَهُ
فَإِذَا أَتَى فَتَحَ الإِلَهُ جِنَــانَهُ                       لِلصَّائِمِيْنَ لَهُ وَأَغْلَـقَ نَـارَهُ

Bulan puasa adalah bulan penuh berkah
Allah mengistimewakan dan memilihnya dengan karunia-Nya
Apabila bulan itu datang, Allah membuka surga-Nya
Bagi mereka yang berpuasa dan menutup neraka-Nya
[al-Izdihar, hlm. 69]

Ramadhan Telah Tiba

أَتَى رَمَضَانُ مَرْزَعَةُ الْعِـبَادِ                     لِتَطْهِيْرِ الْقُلُوْبِ مِنَ الفَسَادِ
فَـأَدِّ حُقُوْقَهُ قَوْلاً وَ فِـعْلاً                           وَزَادَكَ فَاتَّخِذْهُ لِلْــمَعَادِ
فَمَنْ زَرَعَ الْحُبُوْبَ وَمَا سَقَاهَا                   تَــأَوَّهَ نَادِماً يَوْمَ الْحَصَادِ

Ramadhan telah tiba sebagai ladang bagi hamba
Untuk mensucikan hati dari berbagai kerusakan
Maka tunaikanlah haknya dengan perkataan dan perbuatan
Dan ambillah bulan itu sebagai bekal untuk hari kemudian
Barang siapa yang menabur biji tapi ia tidak menyiramnya
Niscaya ia akan merintih menyesal pada musim panennya
[Latha`if al-Ma'arif, hlm. 280]

[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah edisi 53, hal. 60]

Delapan Kata Untuk Imam Asy-Syafi'i

Imam asy-Syafi’i –rahimahullah- pernah ditanya tentang arti delapan kata berikut: wajib, lebih wajib, menakjubkan, lebih menakjubkan, sulit, lebih sulit, dekat dan lebih dekat.

Lalu beliau menjawabnya dalam beberapa bait syair berikut:

مِنْ وَاجِبِ النَّاسِ أَنْ يَتُوْبُـوْا                  لَكِنَّ تَـرْكَ الذُّنُـوْبِ أَوْجَـبُ
وَ الدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيْـبٌ                    وَ غَفْلَـةُ النَّاسِ عَنْـهُ أَعْجَـبُ
وَالصَّبْرُ فِي النَّائِبَاتِ صَعْبٌ                   لَكِنَّ فَوَاتَ الثَّـوَابِ أَصْـعَبُ
وَكُلُّ مَا تَرْتَجِــيْ قَرِيْـبٌ                       وَالْمَوْتُ مِنْ دُوْنِ ذَلِكَ أَقْـرَب

Bertaubat bagi manusia adalah perkara wajib
Namun meninggalkan segala dosa itu lebih wajib

Perubahan pada masa adalah suatu yang menakjubkan
Namun lalainya manusia dari semua itu lebih menakjubkan

Bersabar tatkala musibah datang adalah perkara sulit (bagi hati)
Namun berlalunya pahala begitu saja lebih sulit (bagi diri)

Segala sesuatu yang engkau harapkan adalah dekat
Namun datangnya kematian itu adalah lebih dekat

[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 51, hal. 59]

Fitnah Wanita

Rasulullah -shollallahu alaihi wa sallam- bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ
Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita .

Sungguh, fitnah wanita termasuk cobaan terbesar dan paling mengerikan bagi kaum Adam. Karena wanita, dua orang laki-laki berkelahi. Lantaran wanita, dua kubu saling bermusuhan dan saling serang. Oleh sebab wanita, darah begitu murah dan mudah diguyurkan. Karena wanita, seorang dapat terjatuh dalam jurang kemaksiatan. Bahkan, karena wanita, si cerdas yang baik dapat berubah menjadi dungu dan liar. Jarir bin ‘Athiyyah al-Khathafi bersenandung:

إِنَّ العُيُوْنَ الَّتِيْ فِي طَرْفِهَا حَــوَرٌ                    قَتَلْنَنَا ثُمَّ لَمْ يُحْيِيْنَ قَتْــلاَناَ
يَصْرَعْنَ ذَا اللُّبِّ حَتَّى لاَ حَرَاكَ لَهُ                   وَهُنَّ أَضْعَفُ خَلْقِ اللّهِ إِنْـسَاناَ

Sesungguhnya indahnya mata-mata hitam wanita jelita
Telah membunuh kita dan tiada lagi menghidupkannya
Mereka pun taklukkan si cerdas hingga tiada berdaya
Sedang mereka manusia paling lemah dari ciptaan-Nya

Lantaran dia, laki-laki enggan bekerja. Karena dia, mereka menjadi pemalas dan pelamun. Dan oleh sebab dirinya, Muslim taat enggan pergi berjihad. Jamil Butsainah berkata:

يَقُوْلُوْنَ: جَاهِدْ يَا جَمِيْلُ بِغَزْوَةٍ                     أَيَّ جِهَادٍ غَيْرَهُنَّ أُرِيْــدُ
لِكُلِّ حَدِيْثٍ بَيْنَهُنَّ بَـشَاشَةٌ                           وَ كُلُّ قَتِيْلٍ بَيْنَهُنَّ شَهِيْـدُ

Mereka berkata: Jihadlah, wahai Jamil di peperangan
Jihad mana lagi selain bersama mereka yang ku inginkan
Pada setiap alur cerita diantara mereka adalah suka cita
Dan setiap korban di tengah mereka adalah syahid matinya

Itulah sebagian kecil dari dampak godaan wanita yang dapat kita perhatikan bersama. Godaan wanita yang jauh dari agama, yang tidak taat akan aturan-aturan Rabb-Nya, wanita calon penghuni neraka.

Semoga Allah memberikan petunjuk kepada wanita-wanita muslimat kepada jalan yang lurus, dan menjadikan keluarga, sahabat, saudara, tetangga, serta masyarakat kita, baik laki-laki maupun wanita, menjadi Muslim dan Muslimah yang taat terhadap ajaran agama. Amin.

[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 52, hal. 60]

Teruntuk Ayahanda

Ketika Ayah Ahmad Syauqi wafat, beliau berdiri seraya melantunkan beberapa bait syairnya yang ia tujukan teruntuk ayahanda tercinta. Ia berucap:

يَا أَبِيْ وَالْمَوْتُ كَأْسٌ مُرَّةٌ                               لاَ تَذُوْقُ النَّفْسُ مِنْهَا مَرَّتَيْنِ
كَيْفَ كَانَتْ سَاعَةٌ قَضَيْتَهَا                                كُلُّ شَيْئٍ قَبْلَهَا أَوْ بَعْدُ هَيْنِ
أَشَرِبْتَ الْمَوْتَ فِيْهَا جُرْعَةً                             أَمْ شَرِبْتَ الْمَوْتَ فِيْهَا جُرْعَتَيْنِ

Ayahanda, kematian bak pahitnya segelas minuman
Takkan hingga dua kali jiwa ini dapat merasakan
Bagaimanakah dahulu saat-saat indah kau habiskan?
Segalanya, sebelum atau sesudah begitu cepat terlewatkan
Cukupkah hanya sekali ini ayah meneguk kematian
Atau, akankah hingga dua kali engkau dapat merasakan?

[Majalah Adz-Dzakhiirah Edisi 39 hal. 52]

Sholat Yang Berubah Keberuntungan

Seorang penyair berkata:

أَلاَ فِي الصَّلاَةِ الْخَيْرُ وَالْفَضْلُ أَجْمَعُ ِ                  لأَنَّ بِهَا اْلآرَابَ لِلَّـهِ تَخْـضَعُ
وَأَوَّلُ فَرْضٍ مِـنْ شَرِيْـعَةِ دِيْنِـنَا                        وَآخِرُ مَا يَبْقَى إِذِ الدِّيْنُ يُرْفَـعُ
فَـمَنْ قَامَ لِلتَّكْبِيْرِ لاَقَـتْهُ رَحْـمَةٌ                          وَكَانَ كَعَبْدٍ بَابَ مَوْلاَهُ يَقْـرَعُ
وَ صَارَ لِرَبِّ الْعَرْشِ حِـيْنَ صَلاَتِـهِ                      نَجِيًّا فَيَا طُوْبَاهُ لَوْ كَانَ يَخْشَـعُ

Ketahuilah! shalat mengandung banyak kebaikan dan keutamaan
Dengan shalat akan pasrah kepada Allah seluruh anggota badan
(Shalat) merupakan kewajiban pertama dalam syariat agama kita
Dan perkara terakhir yang akan tersisa tatkala diangkatnya agama
Siapa yang mengerjakannya niscaya rahmat (Allah) menghampirinya
Seolah-olah dirinya sedang mengetuk pintu Rabb yang melindunginya
Dengan shalatnya kepada Rabb Pemilik ‘Arsy ia akan selamat (dari siksa)
Duhai, alangkah beruntung sekiranya ia khusyu’ saat mengerjakannya

[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 49, hal. 60]

Bahagia Dengan Manhaj Salaf

يَطِيْـبُ قَلْبَاهْ بِلُقْيَا إِخْــوَةٍ فِيْهِمُ اجْتَمَعْنَا فِي طَرِيْقٍ نَهْتَدِيْ
تَوْحِيْدُ رَبِّ النَّاسِ جُلُّ مُرَادِنَا وَبِـخَيْرِ رُسُلِ اللَّهِ كُلٌّ نَقْتَـدِيْ
فَـمَدَارُ مَنْهـَجِنَا كِتَابُ إِلَهِنَا وَ السُنَّةُ الْعَصْمَاءُ سُـنَّةُ أَحْــمَدِ
ثُمَّ الْهُدَى هَدْيُ الصَّحَابَةِ بَعْدَهُ خَيْرُ الأُلَى مِنْ أَهْلِ قَرْنٍ أَمْــجَدِ
اِلْزَمْ خُطَاهُمْ وَاقْـتَـدِ آثَارَهُمْ دُوْنَ ابْـتِدَاعٍ أَوْ غُلُوٍّ تَسْــعَدِ

Alangkah gembira hati ini bisa berjumpa saudara (satu agama)
Bersama mereka kami berkumpul pada satu jalan menuju hidayah
Mentauhidkan Rabb alam semesta adalah tujuan utama kami semua
Dan dengan rasul Allah terbaik kami semua mengikuti tuntunannya
Poros dasar utama manhaj kami adalah kitab Allah Rabb alam semesta
Dan sunnah Nabi ma’shum, yaitu sunnah Nabi Ahmad (Muhammad)  shollallahu alaihi wa sallam
Kemudian dengan petunjuk para sahabat beliau sepeninggalnya
Mereka semua adalah generasi terbaik dan generasi paling mulia
Telusurilah langkah-langkah mereka dan ikuti pula jejak mereka
Jangan berbuat bid’ah atau berlebih-lebihan pasti kau kan bahagia

[Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 48, hal. 60]

Ummu Aiman pun Menangis

Anas bin Malik bercerita: Abu Bakar berkata kepada Umar sepeninggal Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wa sallam-: Bawalah kami ke kediaman Ummu Aiman, kita akan mengunjunginya sebagaimana Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu juga mengunjunginya. Sesampainya di sana, ternyata Ummu Aiman sedang menangis. Abu Bakar dan Umar bertanya: Apa yang membuatmu menangis? Segala yang ada di sisi Allah tentu lebih baik bagi Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wa sallam-. Ia menjawab: Aku menangis bukan karena aku tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wa sallam-, tetapi aku menangis karena wahyu dari langit telah terhenti. Ternyata ucapannya itu menggugah hati mereka berdua dan akhirnya merekapun larut dalam isak tangis bersamanya. (HR. Muslim, no. 2454)

Berkenaan dengan ini Syaikh Husain bin Audah al-’Awaisyah hafizhahullâh berkata:

يَا أُمَّ أَيْمَـنَ قَـدْ بَكَيْـتِ وَ إِنَّـنَا                    نَلْـهُوْ وَ نَمْجُنُ دُوْنَ مَعْرِفَةِ الأَدَبِ
لَمْ تُبْصِرِيْ وَضْعَ الْحَدِيْثِ وَلاَ الْكَذِبِ           لَمْ تُبْصِرِيْ بَعْضَ المَعَازِفِ وَ الطَّرَبِ
لَمْ تَشْهَدِيْ شُرْبَ الْخُـمُوْرِ أَوِالزِّنـَا             لَمْ تَلْحَظِيْ مَا قَدْ أَتَانَا مِنْ عَطَـبِ
لَمْ تَلْحَظِيْ بِـدَعَ الضَّلاَلَةِ وَ الهَـوَى             لَوْلاَ مَـمَاتُكِ قَدْ رَأَيْتِ بِنَا العَجَبِ
لَمْ تَعْلَمِيْ فِعْـلَ الْعَـدُوِّ وَصُـحْبَهُمْ                هَا نَحْنُ نَجْثُوْ لِلْيَهُوْدِ عَلَى الرُّكَبِ
وَا حَـرَّ قَلْبِيْ مِنْ تَمـَزُّقِ جَـمْـعِنَا                 أَضْحَتْ أُمُوْرُكِ أُمَّتِيْ مِثْلَ اللُّعَـبِ
تَاللَّـهِ مَا عَـرَفَ البُـكَاءُ صِـرَاطَنَا                وَ مَعَ التَّبَـاكِيْ لاَ وَشَائِجُ أَوْ نَسَبِ

Wahai Ummu Aiman! engkau menangis, sementara kita
Terus berbuat sia-sia tanpa rasa malu dan kenal etika

Engkau belum pernah melihat hadits palsu atau dusta
Juga belum menyaksikan alat-alat musik dan dansa

Belum pula engkau melihat minuman arak atau zina
Serta aneka ragam musibah yang terus menimpa kita

Engkau belum melihat bid’ah-bid’ah sesat dan hawa
Andai belum mati, pasti kau lihat hal aneh pada kita

Engkau belum mengetahui ulah musuh dan sekutunya
Beginilah! kami bertekuk lutut tuk Yahudi dengan hina

Alangkah panasnya hatiku ini sebab perpecahan kita
Segala urusan umatmu ini menjadi seperti mainan boneka

Demi Allah, sekarang (berbeda), kita tidak bisa menangis lagi
Meski sekedar berpura-pura menangisi saudara senasab (yang mati)

(adz-Dzakhiirah al-Islamiyyah Ed 46, hal. 60)

Pandai dalam berbuat, Kaya dalam beramal

Imam asy-Syafi’i -rahimahullah- berkata:

إِنَّ الفَقِيْهَ هُوَ الفَقِيْهُ بِفِعْـــلِهِ
لَيْسَ الفَقِيْهُ بِنُـطْقِهِ وَ مَقَـالِهِ
وَكَذَا الرَّئِيْسُ هُوَ الرَّئِيْسُ بِخُلُقِهِ
لَيْسَ الرَّئِيْسُ بِقَوْمِهِ وَ رِجَـالِهِ
وَكَذَا الغَنِيُّ هُوَ الغَنِيُّ بِحَــالِهِ
لَيْسَ الغَنِيُّ بِمُلْكِهِ وَ بِمَــالِهِ

Orang pandai adalah yang pandai dengan perbuatan
Bukan sekedar pandai dengan lisan dan perkataan
Dan pemimpin adalah yang memimpin dengan sopan
Bukan sekedar pemimpin bagi kaum dan orang bawahan
Juga orang kaya ialah yang kaya dengan pengamalan
Bukan sekedar kaya dengan kekuasaan dan perbendaraan
[Diwan al-Imam asy-Syafi'i, Qafiyah al-Lam, Cet. Darul Fikr, Th. 1409 H. – 1988 M.]

(Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 41)

Kecantikan

Inner beauty

Kecantikan adalah impian para wanita,
Mereka berdandan, berhias, menunjukkan perhiasan dan kemolekan tubuh
Hanya untuk mendapatkan gelar ratu kecantikan
Tidakkah mereka mengetahui kecantikan yang hakiki?
Inilah nasehat seorang ayah kepada puterinya
Akan makna kecantikan yang hakiki

Kecantikan jiwa lebih tinggi nilainya

Wahai puteriku, jika engkau menginginkan kecantikan menghiasi tubuh dan akalmu

Tinggalkanlah kebiasaan bertabarruj (bersolek), karena kecantikan jiwa itu lebih tinggi dan lebih mulia

(Hal ini sebagaimana) bunga buatan yang dibuat oleh para penghiasnya, namun bunga yang berada di taman tidak ada yang menyaingi keindahan dan bentuknya

Wahai putriku jadilah engkau seperti matahari yang menyinari manusia, baik yang mulia maupun yang hina

Rasa malu dan sikap lemah lembut adalah perangai terpuji

Jadikanlah rasa malu sebagai perangaimu

Karena rasa malu lebih utama dalam diri seorang wanita

Tidak ada kebahagiaan sedikitpun pada seorang gadis jika rasa malu sudah lenyap darinya

Dan jika engkau melihat seorang yang tertimpa kesusahan

Ulurkanlah kepadanya bantuan dan iringilah dengan cucuran air mata kebaikan

Karena air mata yang keluar dari rasa kebaikan lebih indah dalam pipi dan lebih cantik dan lebih tinggi nilainya dari permata

[Dialihbahasakan oleh Abu Hasan Arif dari kitab al-Adwa fil Lughatil Arabiyyah]

(Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 25 hal. 51)

Setetes Kemiskinan Pada Luasnya Samudra Karunia

Seseorang datang kepada Ja’far bin Muhammad mengeluhkan pahitnya kemiskinan kepadanya. Lalu Ja’far melantunkan beberapa bait syairnya seraya berucap:

Janganlah berkeluh kesah bila sehari kau merasa susah
Betapa sering Dia membuatmu ridha dengan yang mudah
Janganlah putus asa, sebab itu merupakan pengingkaran
Semoga Allah memberimu dari yang sedikit sebuah kecukupan
Jangan pernah pula berprasangka buruk dengan Tuhan
Sebab Allah jauh lebih berhak untuk disebut dengan kebaikan

Orang itu berkata: Ternyata kesulitan yang aku dapatkan hilang begitu saja dari diriku.

[Alfu Qishah wa Qishah karangan Hani al Haaj, hlm 8 & 9, Maktabah at Taufiqiyyah]

(Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 37)

Jihad Melawan Ahlu Bid'ah

(Nuniyah hal 214  oleh Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah)

لأُجَـاهِدَنَّ عَـدَاكَ مَـا أَبْقَيْتَـنِي وَلأَجْـعَلَـنَّ قِتَـالَهُمْ دَيْدَانِـي
وَلأُفْضِحَنَّهُـمُ عَلَـى رُوْسِ الْمَـلاَ وَلأُفْرِيَـنَّ أَدِيْمَهُـمْ بِلِسَــانِي
وَلأَكْشِـفَنَّ سَـرَائِراً خَفِيَتْ عَلَـى ضُعَفَـاءِ خَلْقِكَ مِنْهُـمْ بِبَيـَانِ
وَلأَتْبَعَنَّهُـم إِلَـى حَيْـثُ اِنْتَهَـوا حَتَّـى يُقَـالَ أَبَـعْـدَ عُبَّـادَانِ
وَلأَرْجُمَنَّهُــمْ بِـأَعْلاَمِ الْهُــدَى رَجْـمَ المُرِيْـدِ بِثَاقِبِ الشُـهْبَانِ
وَلأُقْعِـدَنَّ لَهُـمْ مَرَاصِـدَ كَيْدِهِـمْ وَلأَحْصُرَ نَّهُـمْ بِكُـلِّ مَكَـانِ
وَلأَجْعَلَـنَّ لُحُوْمَهُـمْ وَدِمَـائَهُمْ فِي يَـوْمِ نَصْرِكَ أَعْظَـمَ القُرْبـَانِ
وَلأَحْمِلَـنَّ عَلَيْهِـمْ بِعَسَـاكِرَ لَيْسَـتْ تَفِـرُّ إِذَا اْلتَقَى الزَحْفَـانِ
بِعَسَـاكِرِ الوَحْيَيْنِ وَالفِطَرَاتِ وَالـ مَعْقُـولِ وَالْمَنْقُـوْلِ بِالإِحْسَـانِ
حَتَّـى يَبِيْنَ لِمَنْ لَهُ عَقْـلٌ مَنِ الـ أَوْلَى بِحُكْـمِ العَقْـلِ وَالبُرْهَـانِ
وَلأَ نْصَحَـنَّ اللهَ ثُـمَّ رَسُـوْلَـهُ وَكِتَـابَـهُ وَشَـرَائِـعَ الإِيْمَـانِ
إِنْ شَـاءَ رَبِّـي ذَا يَكُـوْنُ بِحَوْلِـهِ أَوْلَـمْ يَشَـأْ فَـالأَمْرُ لِلْـرَحْمَـنِ

Aku akan terus berjuang melawan musuh-musuh Mu selama aku masih hidup
Dan aku akan menjadikan perang melawan mereka sebagai kebiasaanku
Aku akan menyingkap (kesesatan) mereka dihadapan manusia
Dan aku akan membantah mereka dengan lisanku
Aku akan membongkar kedok mereka yang tersembunyi
Dari orang-orang yang lemah dengan ilmu
Aku akan mengikuti mereka kemana mereka pergi
Hingga dikatakan dua hamba tersebut telah jauh (berjalan)
Aku akan melempari mereka dengan pena-pena petunjuk
Seperti lemparan malaikat (terhadap setan-setan) dengan bintang
Aku akan terus mengintai makar-makar mereka
Dan aku akan mengepung mereka dari segala penjuru
Aku akan menjadikan daging dan darah mereka
Sebagai bentuk persembahan kepada-Mu pada hari kemenangan-Mu
Aku akan membawa pasukan kepada mereka
Yang tidak akan lari ketika bertemunya dua pasukan
Tentara dua wahyu (Al-Qur’an dan hadits), fitrah
Akal dan dalil dengan baik
Sehingga jelas bagi yang masih memiliki akal
Siapa yang lebih sesuai dengan akal dan ilmu
Aku tetap beriman kepada Allah, kemudian Rasul-Nya
Kitab-Nya dan syariat-syariat keimanan
Jika rabb-ku berkehendak, semua akan terjadi dengan kekuatan-Nya
Atau jika tidak, semuanya ada ditangan-Nya

(Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 30)

T'lah Tiba Waktu Berpisah

Di penghujung acara Dauroh Syar’iyyah VIII, Trawas, Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi al-Atsari mempersembahkan beberapa bait syair karya beliau sendiri kepada para peserta. Beliau bertutur:

حَانَ الوَدَاعُ وَ ذَا الوَدَاعُ قَرِيْبُ آنَ الفِرَاقُ وَ فِي النُّفُوْسِ نَحِـيْبُ
فَـإِلَى اللِّقَا عَلَّ اللقاءَ يَحُـضُّنَا نَحْوَ الثَّبَـاتِ وَ رَبُّنَا لَمُجِيْــبُ
يَا إِخْوَتِيْ فِي اللهِ هَاكُمْ كِلْـمَةً مِنْ صَادِقٍ فِي النُّصْحِ وَهُوَ حَبِيْبُ
هَيَّا اسْتَجِيْبُوْا نُصْحَنَا مِنْ قَلْبِـنَا فَالخُلْقُ فِيْـكُمْ حَاضِرٌ وَ أَدِيْـبُ
اِلْزَمْ أُخَيَّ لِنَهْجِ أَسْـلاَفٍ مَضَوْا اِنْفِذْ طَرِيْقَ الحَقِّ أَنْتَ غََرِيْــبُ
وَعَلَيْكَ بِالْعِلْمِ الشَّرِيْفِ سَـلاَمَةً فَـالجَهْلُ دَاءٌ وَ العَلِيْمُ طَبِــيْبُ
لِنْ يَا أَخِيْ فَـالحَقُّ يُثْـقِلُ غَيْرَهُ وَ اللِّيْنُ يَسْمُوْ بِالهُدَى وَيَطِيْــبُ
حَافِظْ أُخَيَّ عَلَى صَدِيْقِكَ سَالِماً مِنْ كُلِّ ظَنٍّ أَنْتَ فِيْـهِ مَعِيْــبُ
خُذْ مَا صَفَا إِنَّ الوُضُوْحَ لَجَيِّـدٌ دَعْ كُلَّ كَدْرٍ فِيْهِ أَنْتَ مُرِيْــبُ
إِنَّ التَّحَزُّبَ وَالتَّعَصُّبَ قَـاتِـلٌ وَاللَّهُ مِنْ فَوْقِ الأَنَـامِ حَسِيْــبُ
وَ انْظُرْ أُخَيَّ إِلَى الحَيَاةِ بِبَسْـمَةٍ لاَ لَسْتُ أَرْضَاكَ بِـذَاكَ كَئِيْـبُ
وَدَعِ التَّهَاجُرَ وَ التَّخَاصُمَ إِنَّـهُ بَابٌ إِلَى كَسْرِ القُلُوْبِ رَهِيْــبُ
يَا أَيُّهَا الإِخْوَانُ أَنْتُمْ صَــفْوَةٌ فِي دَعْوَةٍ ذَا غُـصْنُهَا لَرَطِيْــبُ
أَمَّا الخِتَـامُ فَحِرْصُنَا يَا إِخْوَتِيْ أَنْ تُوْقِنُوْا أَنِّيْ بِـذَاكَ مُصِيــْبُ

Waktu berpisah telah tiba dan telah begitu dekat
Perpisahan kan datang, dan jiwa ini terasa berat
Sampai jumpa, semoga pertemuan ini mendorong kita
Menuju keteguhan dan Rabb kita Maha menjawab doa
Wahai saudaraku seagama, ku persembahkan sepatah kata
Dari jiwa yang tulus menasehati seraya mengharap pahala
Ayo, perkenankanlah olehmu nasehat dari lubuk hati kami
Sebab, akhlak kalian selalu hadir dengan penuh sopan diri
Wahai saudaraku, genggamlah erat manhaj salaf umat ini
Laksanakan jalan kebenaran, engkau kan semakin asing
Wajib oleh kalian menuntut ilmu mulia demi keselamatan
Sebab bodoh adalah racun dan ulama adalah dokter kesembuhan
Saudaraku, bersikap lembutlah, kebenaran ini berat bagi jiwa
Dengan petunjuk-Nya kelembutan terangkat dan baik adanya
Wahai saudaraku, jagalah sahabatmu selamat senantiasa
Dari segala praduga yang engkau dapat tercela dengannya
Ambillah yang suci, sebab yang terang adalah hal baik
Tinggalkan segala kotoran yang membuatmu menjadi ragu
Sungguh, berkelompok dan fanatik dapat menghancurkan
Dan Allah di atas segala makhuk-Nya Maha menyaksikan
Wahai saudaraku, sambutlah hidup ini dengan senyuman
Tidak, aku tidak rela engkau terjerumus dalam penderitaan
Dan tinggalkan sikap saling tidak tegur sapa dan bermusuhan
Karena semua itu pintu penghancur hati yang menakutkan
Wahai saudaraku sekalian, kalian merupakan manusia pilihan
Sebagai pengemban dakwah yang berbatang kekokohan
Dan sebagai penutup, maka antusias kami wahai saudaraku
Semoga kalian yakin, aku berucap benar dalam menasehatimu

Alih Bahasa M Sulhan Jauhari, Lc

(Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 38)

*****

Sumber: http://www.majalahislami.com/

Category: Mutiara Hikmah dan Sya'ir

0 comments:

Post a Comment